
Sinar Matahari Tidak Mengandung Vitamin D
Pernah mendengar tentang pro-vitamin A? Nama lain dari pro-vitamin A adalah beta karoten. Substansi organik yang di dalam tubuh bisa diubah menjadi vitamin A. Pro-vitamin A kita dapatkan hanya dari produk nabati. Sama halnya dengan pro-vitamin D, merupakan bentuk vitamin D yang belum aktif. Aktivasinya bisa dilakukan oleh sinar matahari.
Sebagian besar kolesterol dalam tubuh manusia diproduksi sendiri, yaitu sekitar 80%. Turunan dari kolesterol ini membentuk zat 7-dehidrokolesterol atau dikenal dengan pro-vitamin D3 atau lebih sering dikenal dengan pro-vitamin D. Karena paparan sinar matahari, zat ini kemudian berubah menjadi Vitamin D3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sintesis Vitamin D di Kulit
Jika matahari bisa membantu proses sistesis vitamin D di kulit, lalu bagaimana dengan belahan bumi lain yang tidak terpapar sinar matahari setiap harinya? Bagaimana juga dengan warna kulit seseorang? Jam berapakah kita bisa memanfaatkan sinar matahari ini lebih efektif?
- Letak Geografis
Sebagai orang yang hidup di negara tropis dan dilewati zona khatulistiwa, tentu kita patut bersyukur karena tak perlu susah-susah mencari sumber vitamin D. Hanya dengan beraktivitas di luar ruangan dan kemudian terpapar dengan sinar matahari pagi, tubuh sudah memulai proses metabolisme vitamin D di kulit ini.
Setiap hariya, hanya sektiar 1% sinar Ulta Violet B (UVB) yang mencapai bumi. Sinar UV jenis lain pun tak banyak yang bisa kita rasakan. Tentu saja hal ini karena adanya lapisan ozone di atmosfer bumi. pancaran sinar matahari di belahan bumi tentu berbeda. Orang-orang yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa, pada musim dingin akan mendapat sedikit sekali sinar UV ini. Tentu saja karena selain derajad kemiringan bumi yang menghadap matahari, juga karena 99% sinar UV diserap oleh ozone. Maka selama musim dingin, penduduk di area ini tidak bisa memproduksi vitamin D hampir selama 6 bulan. Kebutuhan vitamin D pun harus dipenuhi murni dari makanan.
- Warna Kulit
Warna kulit orang yang tinggal di area dengan sinar matahari berlimpah umumnya lebih gelap atau lebih banyak pigment. Sebagian kita pasti menyangka bahwa tingginya pigmen kulit akan meningkatkan kemampuan menyerap sinar UV.
Perbedaan warna kulit memang mempengaruhi kemampuan penyerapan jumlah sinar UV dan kemampuan sitesis vitamin D di kulit. Pada penelitian yang dilakukan antara orang kulit putih (kulit tipe 2) dan orang kulit hitam (kulit tipe 5) kemudian diberi paparan jumlah sinar UV yang sama, menunjukkan hasil yang berbeda.
Meskipun jumlah paparan sinar UV yang diberikan dalam jumlah yang sama, orang kulit putih dengan kulit tipe 2 mampu memproduksi vitamin D lebih dari 30 kali. Sedangkan orang kulit hitam yang diteliti tidak memproduksi vitamin secara signifikan. Namun, jika paparan sinar matahari yang diberikan pada orang kulit hitam ini diberikan 5x lebih banyak, maka jumlah vitain D yang bisa diproduksi meningkat 15x.
Penelitian lain yang dilakukan di Boston pada musim panas menunjukkan hal yang mirip juga. Orang kulit putih yang diberikan paparan sinar matahari selama kurang lebih 30 menit, kadar zat provitamin D3 di dalam darah meningkat sejumlah 3%. Namun, orang kulit hitam hanya mampu memproduksi sekitar 0.3% saja. Di sinilah terlihat kekuasaan Allah, bahwa meskipun tinggal di lingkungan dengan sinar matahari tidak sebanyak di daerah tropis, tubuh bisa memanfaatkan sinar matahari dengan maksimal. Sedangkan orang-orang yang tinggal di daerah tropis tidak serta merta memiliki kandungan vitamin D yang jauh lebih tinggi karena sering terpapar sinar matahari, namun cukup untuk tubuh.
Dalam penelitian lainnya orang dengan kadar pigment yang lebih tinggi kemudian tinggal di daerah 4 musim akan mengalami perubahan pigmentasi pada kulit. Tentu saja ini untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dengan kemampuan tubuh untuk memanfaatkan sinar matahari. Bisa jadi Anda akan melihat perubahan teman atau saudara yang tinggal di negara 4 musim selama bertahun-tahun menjadi lebih cerah. - Waktu Terbaik Memanfaatkan Sinar Matahari
Berdasarkan kaidah Holick, paparan sinar matahari selama 25 menit di area wajah dan kedua tangan, 3x seminggu sekitar jam 9 pagi bisa mempertahankan status vitamin D yang cukup adekuat. Michael F. Holick yang menemukan teori ini adalah peneliti yang terkemuka dan telah mendapatkan banyak penghargaan atas berbagai penelitiannya tentang vitamin D.
Hastrin Hositanisita, S.Gz
referensi :
Nimitphong H, Holick MF. Vitamin D status and sun exposure in southeast Asia. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):34-37. doi:10.4161/derm.24054.
Wacker M, Holick MF. Sunlight and Vitamin D: A global perspective for health. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):51-108. doi:10.4161/derm.24494.
Setiati S. Vitamin D status among Indonesian elderly women living in institutionalized care units
Acta Med Indones. 2008 Apr;40(2):78-83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar