Tampilkan postingan dengan label zat besi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label zat besi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Juli 2016

Kurang Zat Besi Ganggu Perkembangan Otak Anak

23.51 0
Anemia defisiensi zat besi (ADB)  pada anak di Indonesia mencapai angka sekitar 40-45% menurut Suevei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007. Titik kritis asupan zat besi pada balita adalah saat usia 6-12 bulan. Karena pada usia ini, ASI sudah tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan zat besi untuk tumbuh kembang anak. Maka dibutuhkan MP-ASI yang tepat dan kaya zat besi seperti anjuran WHO.


Ya, salah satu poin penting yang ditekankan WHO dalam MP-ASI adalah adanya protein hewani dalam MP-ASI. Protein hewani lebih banyak mengandung zat besi dan memiliki daya serap atau bioavailabilitas yang lebih baik di tubuh manusia. Anemia defisiensi zat besi merupakan salah satu dampak dari kurangnya asupan zat besi, yang bisa mempengaruhi proses pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah. Selain itu, masih ada banyak manfaat zat besi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.


  1. Pertumbuhan Otak
    Kebutuhan zat besi sangat tinggi di usia satu tahun pertama. Kekurangan zat besi bisa mempengaruhi struktur otak bahkan bisa menyebabkan abnormalitas otak. Zat besi sangat esensial untuk neurogenesis (pembentukan neuron atau sel syaraf) dan diferensiasi region otak dan sel-sel otak yang khusus. Penggunaan zat besi untuk otak ini sangat esensial baik selama proses kehamilan maupaun setelah bayi lahir. Menggunakan kata esensial dalam istilah gizi artinya zat gizi tersebut tidak dapat digantikan oleh zat gizi lainnya.
  2. Kekebalan Tubuh
    Sebuah penelitian yang melibatkan anak yang menderita ADB berusia kurang dari 15 tahun dilakukan untuk melihat jumlah kadar zat kekebalan di dalam tubuh, khususnya melihat sel CD4+ dan rasio kadar CD4:CD8. Sebelum penelitian, anak yang mengalami ADB terlihat memiliki sel CD4+ dan sel T serta rasio 
    CD4:CD8 yang lebih rendah dibandingkan kelompol kontrol. Setelah diberi suplementasi zat besi selama 3 bulan dengan dosis 6 ml/kg/hari didapatkan hasil bahwa sel CD4+ dan rasio CD4:CD8 meningkat.


Referensi :

John L. Beard. (2008). Iron deficiency and infant development. J. Nutr. 138: 2534–2536, 2008
Das, I., Saha, K., Mukhopadhyay, D., Roy, S., Raychaudhuri, G., Chatterjee, M., & Mitra, P. K. (2014). Impact of iron deficiency anemia on cell-mediated and humoral immunity in children: A case control study. Journal of Natural Science, Biology, and Medicine5(1), 158–163. http://doi.org/10.4103/0976-9668.127317

Minggu, 03 Juli 2016

Kebutuhan Zat Besi Anak 0-12 Bulan

17.42 0
Anemia defisiensi besi (ADB) menjadi salah satu permasalahan kekurangan nutrisi tunggal yang masih tinggi di Indonesia. Data terakhir Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 yang dilansir dari situs idai.or.id, sekitar 40-45% balita di Indonesia mengalami ADB. 

Simpanna Zat Besi Bayi Selama Kehamilan
Kekurangn zat besi pada anak bisa terjadi selama kehamilan. Sekitar 80% pertambahan zat besi didapat janin selama trisemester ketiga kehamilan. Karenanya, bayi yang terlahir prematur berpotensi untuk mengalami ADB lebih tinggi. Faktor lain seperti anemia ibu, diabetes dan hipertensi selama kehamilan juga bisa mempengaruhi simpanan zat besi pada janin.

Kebutuhan Zat Besi Bayi Usia 0-6 Bulan
Kebutuhan zat besi bayi usia 0-6 bulan adalah 0.27 mg/hari. Angka ini ditentukan dari jumlah kandungan zat besi yang ada di dalam ASI. ASI mengandung zat besi sekitar 0.35 mg/L. Dengan asupan rata-rata bayi sekitar 0,78 liter per hari maka dengan hitungan 0,35 x 0,78 didapatkan angka kebutuhan zat besi bayi usia 0-6 bulan adalah 0.27 mg/hari. Bayi yang lahir cukup bulan telah mendapatkan simpanan zat besi yang cukup di dalam tubuhnya. Jadi, meskipun angka ini terlihat kecil secara kuantitas, tetap bisa mencukupi kebutuhan zat besi bayi. Selain itu, penyerapan zat besi ASI di dalam tubuh bayi sangat optimal. 

Kebutuhan Zat Besi Usia 7-12 Bulan
Dengan bertambahnya usia anak, kebutuhan zat besi dihitung berdasarkan jumlah hilangnya zar besi dari sel epitel, seperti kulit, saluran pencernaan dan saluran perkemihan, pertambahan massa jaringan, peningkatan volume darah dan simpanan zat besi selama periode ini. Pada usia ini kebutuhan zat besi anak sekitar 11 mg/hari. Jika dibandingakan dengan kebutuhannya di usia 0-6 bulan, tentu terlihat lonjakan yang sangat mencolok, dari 0,27 mg/hari menjadi 11 mg/hari. Namun, tentu saja kebutuhannya tidak serta merta meningkat menjadi 11 mg/hari di usia 6 bulan ke atas. Karena kandungan zat besi di alam ASI pada usia ini sudah tidak mencukupi, maka kebutuhan zat besi pada usia ini harus dipenuhi dari Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tinggi zat besi.

Referensi
Robert D. Baker, Frank R. Greer. Clinical Report—Diagnosis and Prevention of Iron Deficiency and Iron-Deficiency Anemia in Infants and Young Children (0 –3 Years of Age).PEDIATRICS Volume 126, Number 5, November 2010 
http://pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/126/5/1040.full.pdf