Tampilkan postingan dengan label ibu dan anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibu dan anak. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Februari 2023

Mengenal Sel HAMLET : Zat Anti Kanker dalam ASI

08.55 0
HAMLET (Human Alpha-lactalbumin Made LEthal to Tumor cells) adalah kompleks protein yang ditemukan dalam ASI (Air Susu Ibu). Protein ini diyakini dapat membantu melindungi bayi dari infeksi dan mencegah perkembangan kanker.



Sel HAMLET adalah sel yang terbentuk ketika protein HAMLET berikatan dengan asam lemak dalam ASI. Sel HAMLET diketahui memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya. Ini karena sel kanker memiliki permukaan sel yang berbeda dari sel normal, sehingga sel HAMLET dapat mengenali dan menyerang sel kanker secara spesifik.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sel HAMLET dalam ASI dapat membantu mencegah perkembangan kanker pada bayi dan orang dewasa. Dalam sebuah studi tahun 2004, peneliti menemukan bahwa sel HAMLET dapat menghancurkan sel kanker pada tikus tanpa mempengaruhi sel sehat di sekitarnya. Studi ini menunjukkan bahwa sel HAMLET memiliki potensi sebagai agen anti-kanker yang efektif.

Selain itu, sel HAMLET juga dapat membantu melindungi bayi dari infeksi dan membantu menguatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ASI yang mengandung sel HAMLET dapat membantu mencegah infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga, dan infeksi saluran pencernaan pada bayi.

Namun, perlu dicatat bahwa penelitian mengenai sel HAMLET masih tergolong baru dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami potensi dan manfaatnya secara lebih jelas. Meskipun begitu, ASI tetap dianggap sebagai makanan terbaik untuk bayi karena kandungan nutrisinya yang lengkap dan mudah dicerna.

Dalam mengonsumsi ASI, sebaiknya ibu menyusui mengikuti anjuran dokter atau ahli gizi mengenai cara menyusui dan jumlah ASI yang harus diberikan untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembang dengan baik.

Zat Anti Kanker Dalam ASI

08.32 0


ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan yang paling ideal dan paling alami untuk bayi baru lahir. Selain memberikan nutrisi yang lengkap dan seimbang untuk bayi, ASI juga mengandung zat-zat yang dapat membantu melindungi bayi dari berbagai penyakit, termasuk kanker. Berikut adalah beberapa zat anti kanker yang terdapat dalam ASI :


  1. Protein ASI mengandung protein yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, protein yang terkandung dalam ASI juga dapat membantu melindungi bayi dari kanker. Protein dalam ASI mengandung senyawa bioaktif yang dikenal sebagai laktoferin. Laktoferin telah terbukti memiliki efek antioksidan dan anti-kanker.
  2. Asam Lemak Omega-3 ASI mengandung asam lemak omega-3 yang merupakan lemak sehat yang dapat membantu mencegah kanker. Asam lemak omega-3 membantu mengurangi peradangan dalam tubuh dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 dalam ASI dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara pada ibu.
  3. Imunoglobulin ASI mengandung imunoglobulin yang dapat membantu melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. Imunoglobulin juga telah terbukti dapat membantu mencegah pertumbuhan sel-sel kanker. Immunoglobulin dalam ASI diantaranya IgA, IgG dan IgM.
Selain mengandung zat anti-kanker, ASI juga memberikan manfaat kesehatan lainnya, seperti meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu pencernaan, dan meningkatkan kesehatan otak. Oleh karena itu, disarankan untuk menyusui bayi selama mungkin dan memastikan bahwa bayi mendapatkan ASI yang cukup dan berkualitas.

Senin, 03 Juli 2017

Kenaikan Berat Badan Ideal Saat Hamil

21.24 0
Bunda yang sedang hamil pasti akan melakukan pengecekan berat badan setiap kali kontrol ke dokter atau klinik kesehatan. Beberapa mungkin dianjurkan untuk meningkatkan asupan makan karena berat badan belum sesuai dengan usia kehamilan. Atau bahkan Bunda diminta untuk mengurangi makanan tertentu karena kenaikan berat badan yang berlebih.

Kenaikan berat badan saat hamil sebaiknya memang terkontrol. Karena menurut penelitian, akan ada beberapa efek negatif dari kenaikan berat badan yang tidak sesuai standar. Pada tahun 2009, Institute of Medicine (IOM) atau sekarang lebih dikenal dengan National Academy of Medicine bersama dengan WHO mengeluarkan rekomendasi kenaikan berat badan kehamilan terbaru.

Rekomendasi ini dibagi berdasarkan berat badan awal ibu. Untuk  mengetahui kenaikan berat badan yang tepat untuk Anda, sebaiknya menghitung Indeks Massa Tubuh atau IMT terlebih dahulu. Yaitu menggunakan rumus :

Setelah dihitung, lalu coba cocokkan dengan kategori IMT menurut WHO ini :

Tabel Indeks Massa Tubuh Menurut WHO dan kriteria untuk Asia

Maka, kenaikan berat badan yang dianjurkan sesuai hasil perhitungan IMT tersebut dapat dilihat dalam tabel ini :

diadaptasi dari rekomendasi IOM tahun 2009

jadi jika sebelum hamil Bunda sudah memiliki berat badan yang ideal atau normal, maka kenaikan berat badan selama kehamilan yang dianjurkan natar 25-35 kg. Sebaliknya jika saat ini tergolong dalam overweight atau bahkan obes, maka kenaikan berat badan tidak perlu sebanyak wanita normal.


Referensi :
Kathleen M, Rasmussen, Patrick M. Catalano and Ann L. Yaktine. New Guidelines For Weight Gain During Pregnancy : What Obstetrician/gynecologists Should Know. Curr Opin Obstet Gynecol. 2009 Dec;21 (6): 521-526

Senin, 19 September 2016

Manfaat Kontak Kulit Ibu dan Bayi saat IMD

09.03 0
Setelah proses persalinan, sesuai anjuran WHO, harus segera dilakukan Inisiasi Menyusu Dini atau IMD. IMD dilakukan tentu dengan kondisi ibu dan bayi yang stabil secara medis. Proses IMD diyakini sangat penting untuk menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Selama IMD, ada sebuah proses yang sangat penting yaitu kontak kulit ibu dan bayi (skin to skin contact). Bahkan yang paling penting dalam IMD adalah proses skin to skin contact ini.  Karena bayi yang terlahir normal, memiliki insting untuk menyusu bahkan memiliki kemampuan untuk mencari dan menemukan payudara ibunya sendiri tanpa bantuan orang lain ketika dilakukan proses skin-to-skin.

Tak bisakah ditunda  skin-to-skin ini? 

Jika tidak ada kondisi medis yang menjadi penghalang baik ibu dan anak, maka petugas kesehatan wajib melakukan skin-to-skin segera setelah lahir, baik persalinan spontan (normal) maupun caesar. Karena momen ini hanyalah sekali seumur hidup, hanya ketika anak lahir dan keluar dari rahim sang ibu.

Sepenting apa skin-to-skin untuk bayi dan ibu?

  1. Menstabilkan Kondisi Bayi
    Kondisi bayi baru lahir bisa jadi tidak stabil, terutama bayi prematur. Treatment yang seringkali dilakukan adalah metode kanguru, ya skin-to-skin.  Proses ini bisa menstabilkan proses pernapasan dan oksigenasi bayi, meningkatkan kadar glukosa (menurunkan keadian hipoglikemia atau kekurangan gula darah), menghangatkan bayi sehingga mempertahankan suhu tubuh optimal, menurunkan hormon stress, dan menurunkan kejadian bayi menangis namun meningkatkan periode bayi terjaga sehingga proses menyusui bisa diberikan secara teratur.

  2. Meningkatkan Perkembangan Otak secara Optimal
    Otak manusia terlahir belum sempurna dan akan terus mengalami proses perkembangan setelah lahir. Allan Schore, PhD, seorang ahli neurobiologi dari University of California, Loas Angeles menemukan fakta yang sangat menarik antara hubungan sentuhan dengan perkembangan otak. Adalah amigdala, satu bagian otak yang terletak cukup dalam di tengah otak sebagai bagian dari sistem limbik dan berfungsi dalam proses regulasi emosi, memory dan aktivasi sistem syaraf simpatis. Menurut penelitiannya, perkembangan amigdala bisa distimualasi perkembangannya dengan proses skin-to-skin.

  3. Membuat Ibu Lebih Percaya Diri
    Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1970-1980 menunjukkan hasil yang berbeda antara ibu dan anak yang diberikan kesempatan melakukan skin-to-skin selama kurang lebih 15 meit dibandingkan dengan ibu yang hanya melihat anaknya dalam waktu singkat dan dipertemukan tiap 4 jam sekali untuk disusui. Setelah masa pemulihan selsai, ibu yang diberikan kesempatan melakukan skin-to-skin lebih percaya diri dan merasa nyaman untuk menggendong dan merawat bayinya dibandingkan ibu yang dipisahkan dengan anaknya, Tingginya kepercayaan ibu ini juga nantinya sangat diperlukan dalam proses menyusui dan merawat bayi di rumah.
     
  4. Meningkatkan Durasi Pemberian ASI
    Skin-to-skin bisa menstimulasi produksi hormon oksitosin yang berfungsi dalam proses pengeluaran ASI. Penelitian yang melibatkan sekitar 1250 anak selama 3 tahun sejak lahir menunjukkan adanya manfaat skin-to-skin dengan durasi menyusui. Dalam penelitian tersebut disebutkan adanya peningkatkan durasi secara keseluruhan sebanyak 1.43 bulan pada anak yang mendapatkan kontak kulit. 



Referensi

Minggu, 10 Juli 2016

Kurang Zat Besi Ganggu Perkembangan Otak Anak

23.51 0
Anemia defisiensi zat besi (ADB)  pada anak di Indonesia mencapai angka sekitar 40-45% menurut Suevei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007. Titik kritis asupan zat besi pada balita adalah saat usia 6-12 bulan. Karena pada usia ini, ASI sudah tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan zat besi untuk tumbuh kembang anak. Maka dibutuhkan MP-ASI yang tepat dan kaya zat besi seperti anjuran WHO.


Ya, salah satu poin penting yang ditekankan WHO dalam MP-ASI adalah adanya protein hewani dalam MP-ASI. Protein hewani lebih banyak mengandung zat besi dan memiliki daya serap atau bioavailabilitas yang lebih baik di tubuh manusia. Anemia defisiensi zat besi merupakan salah satu dampak dari kurangnya asupan zat besi, yang bisa mempengaruhi proses pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah. Selain itu, masih ada banyak manfaat zat besi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.


  1. Pertumbuhan Otak
    Kebutuhan zat besi sangat tinggi di usia satu tahun pertama. Kekurangan zat besi bisa mempengaruhi struktur otak bahkan bisa menyebabkan abnormalitas otak. Zat besi sangat esensial untuk neurogenesis (pembentukan neuron atau sel syaraf) dan diferensiasi region otak dan sel-sel otak yang khusus. Penggunaan zat besi untuk otak ini sangat esensial baik selama proses kehamilan maupaun setelah bayi lahir. Menggunakan kata esensial dalam istilah gizi artinya zat gizi tersebut tidak dapat digantikan oleh zat gizi lainnya.
  2. Kekebalan Tubuh
    Sebuah penelitian yang melibatkan anak yang menderita ADB berusia kurang dari 15 tahun dilakukan untuk melihat jumlah kadar zat kekebalan di dalam tubuh, khususnya melihat sel CD4+ dan rasio kadar CD4:CD8. Sebelum penelitian, anak yang mengalami ADB terlihat memiliki sel CD4+ dan sel T serta rasio 
    CD4:CD8 yang lebih rendah dibandingkan kelompol kontrol. Setelah diberi suplementasi zat besi selama 3 bulan dengan dosis 6 ml/kg/hari didapatkan hasil bahwa sel CD4+ dan rasio CD4:CD8 meningkat.


Referensi :

John L. Beard. (2008). Iron deficiency and infant development. J. Nutr. 138: 2534–2536, 2008
Das, I., Saha, K., Mukhopadhyay, D., Roy, S., Raychaudhuri, G., Chatterjee, M., & Mitra, P. K. (2014). Impact of iron deficiency anemia on cell-mediated and humoral immunity in children: A case control study. Journal of Natural Science, Biology, and Medicine5(1), 158–163. http://doi.org/10.4103/0976-9668.127317