Setelah memasuki usia 6 bulan, bayi sudah
harus diperkenalkan makanan pendamping ASI karena pada usia ini ASI memenuhi ¾
dari kebutuhan energi sedangkan sisanya harus dipenuhi dari makanan pendamping
ASI. Inilah salah satu periode yang penting karena sejak usia 6 bulan sampai 2
tahun yang dikenal dengan masa pertumbuhan, anak membutuhkan zat gizi yang
seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Karena saat ini adalah periode emas, jika
terjadi masalah gizi, misalnya yang banyak terjadi saat ini adalah stunting
(pendek), maka akan sulit kembali normal. Pada tahun 2013 angka kejadian
stunting di Indonesia 37,2 %, kondisi ini meningkat dari tahun 2010 dengan
kejadian stunting 35,6% (Riskesdas 2013). Data terakhir menunjukkan angka
stunting di Indonesia menurun menjadi 29,2% (PSG, 2015). Walaupun demikian,
praktik pemberian makanan pada bayi dan anak perlu mendapat perhatian serius
agar trend kejadian stunting ini menurun.
Kondisi stunting bisa digambarkan oleh 3 hal berikut :
- Anak pendek menurut umur
- . Terjadi karena kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama
- Tidak dapat kembali normal setelah usia 2 tahun
Oleh sebab itu, masa 2 tahun pertama kehidupan
anak sangatlah penting untuk menghindarkan mereka dari kekurangan gizi.
Kekurangan gizi yang lain dapat berupa anemia defisiensi besi (ADB). Kejadian
ADB juga banyak dialami anak-anak. Sebenarnya pada usia 4 bulan pertama, bayi
dianjurkan diberikan suplementasi zat besi karena cadangan zat besi dalam tubuh
bayi semakin menurun. Ditambah lagi pada masa MP-ASI yang pertama kali, jika
tidak memperkenalkan bahan makanan sumber zat besi bisa jadi anak akan mudah
terkena ADB. Risiko jika anak
mengalami ADB adalah anak akan mudah lelah, letih, nafsu makan menurun atau berat badan sulit
naik.
Dari manakah sumber zat besi yang baik? Sumber
hewani adalah yang terbaik karena 15-20% dari bahan makanan hewani akan
terserap dengan baik walaupun dimakan dalam jumlah sedikit, sementara zat besi
dari sumber nabati (tumbuhan) hanya diserap 5% saja walaupun dimakan dalam
jumlah banyak. Sehingga dapat dikatakan kualitas zat besi dari sumber hewani
lebih baik dari nabati. Akan tetapi berprinsiplah untuk memberikan gizi
seimbang dari bahan makanan lokal yang ada di sekitar.
Jika dulu ada konsep 4
sehat 5 sempurna, seakrang ada istilah MP ASI 4 bintang. Jika dalam MP ASI si kecil ada bahan
makanan sumber karbohidrat (makanan pokok) maka itu dinilai 1 bintang, jika
ditambah lagi dengan sumber zat besi dari hewani akan mendapat tambahan 1
bintang lagi. Bahan makanan nabati (kacang-kacangan) akan dihargai 1 bintang
dan terakhir jika ditambah dengan kelompok sayur dan buah maka lengkaplah MP
ASI si kecil bertabur 4 bintang. Sehingga jangan ragu untuk memperkenalkan
aneka bahan makanan di masa MP ASI awalnya.
Dalam memberikan
MP-ASI yang berkualitas, Bunda sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip dasar
yang direkomendasikan oleh WHO:
- UsiaMP ASI untuk anak usia 6 bulan pertama tentu berbeda dengan yang sudah berusia 1 tahun. Pada umumnya usia dalam pemberian MP ASI diklasifikasikan berdasarkan kelompok usia 6 bulan pertama, 7-9 bulan, 9-12 bulan dan 12-24 bulan.
- FrekuensiFrekuensi disini maksudnya seberapa sering harus memberikan MP ASI dalam sehari. Frekuensi MP ASI untuk usia 6 bulan pertama tentu berbeda dibandingkan usia anak yang lebih besar.Pada usia 6 bulan pertama dapat diberikan MP ASI 2-3x sehari dengan target pengenalan rasa.Usia 7-9 bulan dapat ditingkatkan menjadi 3x makan dengan 1-2 kali selingan. Pada usia 9-12 dan 12-24 bulan dapat diberikan 3-4 kali makan dengan selingan 1-2 kali sehari. Selingan dapat berupa buah, biskuit, bubur kacang hijau dll yang padat energi.
- Jumlah dalam sekali makanIni yang harus menjadi perhatian bunda. Terkadang bunda yakin sudah memberikan makanan yang tepat sesuai umur anak. Akan tetapi yang sering dilupakan adalah seberapa banyak yang sebaiknya diberikan dalam sekali makan. So, bunda jangan lupa untuk menakar makanan si kecil ya untuk mengetahui apakah si kecil mendapat asupan makanan yang cukup.Untuk usia 6 bulan pertama dapat diberikan 2-3 sendok makan MP ASI.Usia 7-9 bulan ditingkatkan perlahan hingga ½ mangkuk ukuran 250 mlUsia 9-12 mulai ½ mangkuk – ¾ mangkuk ukuran 250 mlUsia 12-24 bulan mulai ¾ mangkuk – 1 mangkuk ukuran 250 ml.
- Tekstur/Konsistensi.Mengapa tekstur penting? Jika terlambat menaikkan tekstur MP ASI si kecil dapat menjadi masalah dalam hal kemampuan si kecil menelan, proses tumbuh gigi atau pola kebiasaan makan yang kurang baik di masa datang. Tekstur juga berpengaruh pada kandungan energi dan zat gizi lain dari makanan tersebut. Satu mangkuk penuh bubur tepung tentu berbeda jauh energinya dengan semangkuk nasi misalnya. Atau semangkuk penuh bubur nasi yang encer tentu berbeda juga kandungan zat gizinya dengan semangkuk bubur nasi yang kental. MP ASI yang terlalu encer hanya akan membuat si kecil lebih cepat kenyang karena kandungan cairannya yang tinggi namun energinya lebih sedikit.Untuk usia 6 bulan pertama perkenalkanlah bubur kental.Usia 7-9 bulan berilah makanan yang dilumatkan, dapat juga diberikan makanan yang dipotong dan mudah untuk dipegang.Usia 9-12 bulan berilah makanan keluarga yang diiris/dipotong.Usia 12-24 bulan berilah makanan seperti yang dimakan keluarga tanpa harus ada pembedaan.
- Variasi.Variasi disini maksudnya sama dengan prinsip 4 bintang seperti yang telah dijelaskan di atas. Agar riwayat makan si kecil dapat terpantau, membuat food diary (catatan makanan) yang dapat mengingatkan jenis bahan makanan penyebab alergi (alergen) terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat alergi sehingga bahan makanan ini dapat dihindarkan untuk diberikan pada si kecil.
- KebersihanKebersihan disini mencakup kebersihan diri (PHBS), kebersihan alat makan, kebersihan lingkungan, dan lain-lain. Hal ini penting untuk menjaga kemungkinan penyakit yang didapat karena makanan/lingkungan yang tidak bersih.
- Pemberian makanan secara aktif/responsifPada poin ini mencakup ketelatenan/kesabaran dalam memberikan makanan kepada si kecil, terkadang ia mulai melepeh dan menyembur makanan yang diberikan. Namun, bukan berarti harus menyerah begitu saja untuk mencoba memberikan lagi. Atau pada masa GTM (gerakan tutup mulut) bukan berarti juga harus menyerah sampai di situ saja. Memberikan kesempatan kepada si kecil untuk makan sendiri dapat menjadi salah satu solusi. Ia biasanya sangat senang mengeksplore makanannya dengan belajar memasukkan sendiri ke mulut atau bahkan hanya membuatnya berserakan di lantai. Ini adalah proses belajar.
http://www.nth.nhs.uk/content/uploads/2015/09/happy-mum-happy-baby.jpg Tetaplah berusaha memberikan makan dan upayakan untuk tidak membiarkan si kecil makan dalam jangka waktu yang lama. Berikan batas waktu misalnya 30 menit. Setelah itu sebaiknya tidak diberikan snack atau yang lainnya, biarkan ia merasakan sensasi lapar sehingga makananpun menjadi berharga baginya. Berlatihlah terus membentuk pola makan pada anak. Kebiasaan memberikan susu/snack sebelum makan hanya akan membuatnya kenyang walaupun tanpa diberikan makanan utama.
Gula
dan Garam dalam MP-ASI
Ada hal menarik yang juga
sebaiknya diperhatikan yaitu pemberian
tambahan gula dan garam pada MP ASI. Pada saat ini kasus penyakit yang tidak
menular (non-communicable disease) seperti
hipertensi, diabetes, jantung menunjukkan trend yang meningkat. Sebaiknya
pemberian tambahan gula dan garam pada MP ASI ditunda. Penundaan ini bertujuan agar si kecil mudah mengenali
rasa asli dari bahan-bahan makanan yang telah diperkenalkan.
Tundalah memberikan tambahan
gula dan garam hingga anak berusia 1 tahun jika mampu. Pemberian gula yang dianjurkan
oleh WHO kurang dari 10% dari total kebutuhan energi harian. Karena gula di
beberapa bahan termasuk hidden sugar
(gula tersembunyi) yang kadang jarang teridentifikasi oleh konsumen maka bijaklah membaca label informasi nilai
gizi di setiap kemasan makanan/minuman. Dalam hal penambahan gula pada makanan
terutama untuk MP ASI dan makanan anak usia sekolah, beberapa negara Asia
Tenggara seperti Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia sudah sangat ketat untuk
mencegah peningkatan kasus diabetes mellitus sejak dini.
Referensi :
Mahan, L. Kattleen, Sylvia Escott-Stump, Janice L.
Raymond. Food
and Nutrition Care Process Ed. 13. 2012. Elsevier Inc.
Modul Pemberian
Makan pada Bayi dan Anak. WHO.Infant and Young Child Feeding.February 2014 diakses
dari www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en
Tidak ada komentar:
Posting Komentar