Tampilkan postingan dengan label Slider. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Slider. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 April 2016

Risiko Kesehatan Kemasan Plastik Mengandung Bisphenol A (BPA)

02.38 0
BPA atau Bisphenol A merupakan salah satu zat kimia yang banyak digunakan untuk membuat plastik jenis polycarbonate dan epoxy resins. DI pasaran plasitk jenis polycarbonate dijumpai dengan kodel '7' atau '7-other'. Sedangkan epoxy resin digunakan untuk melapisi kaleng makanan.


Plastik yang mengandung Bisphenol A (BPA) menjadi perhatian khusus bagi banyak pihak akhir-akhir ini. Perhatian akan produk plastik dengan BPA menguat setelah pada tahun 2003-2004 ditemukan tingginya kadar BPA pada urine sample. Penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) atas prakarsa Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan 93% kadar BPA pada urine 2517 sample usia 6 tahun atau lebih.

Apa saja dampak kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh produk-produk yang mengandung BPA?

  1. Infertilitas pada wanita

    Kadar BPA yang tinggi ternyata banyak ditemukan pada pasien dengan keluhan infertilitas. Penelitian yang dilakukan terhadap 121 pasien ifertilitas di Brigham and Women’s Hospital ini menunjukkan beberapa fakta bahwa paparan terhadap BPA menyebabkan beberapa masalah dengan perkembangan dan pematangan sel telur. Kondisi ini memicu penurunan jumlah sel telur yang matang. Pada sel telur yang matang pun, akan menunjukkan aktivitas kromosom yang berbeda. Lebih lanjut, peneliti menjelaskan bahwa jika sel telur dengan kondisi seperti ini dibuahi maka akan sulit untuk berkembang, jika berkembang akan menjadi individu dengan kromosom yang abnormal.
  2. Impotensi pada Pria
    Penelitian yang dilakuan selama 5 tahun di China dan telah telah diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction menyimpulkan bahwa paparan BPA yang sangat tinggi bisa berdampak buruk pada disfungsi seksual pada pria.
    Dr De-Kun Li selaku peneliti utama memang menyatakan bahwa paparan BPA pada subjek penelitian ini memang sangat tinggi. Karena subjek merupakan orang-orang yang bekerja di pabrik yang menggunakan produk BPA. Jadi perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai seberapa besar jumlah minimal paparan BPA sehingga bisa dikatakan dalam batas yang aman. Namun yang perlu diingat adalah, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengungkap adanya efek buruk BPA terhadap kesehatan seksual pria. 

  3. Diabetes dan Jantung
    Sebuah Survey Kesehatan dan Nutrisi Nasional di Amerika (NHANES) tahun 2003-2004 dengan melibatkan 1456 sample berusi 18 - 74 tahun mengukur kadar BPA dalam urin sampel. Setelah dilakukan kontrol terhadap bberapa faktor seperti usia dan jenis kelamin, konsentrasi BPA ditemukan lebih tinggi pada subjek yang didiagnosa penyakit jantung pe,buluh darah dan diabetes. 
    Partisipan survey yang memiliki kadar 25% BPA lebih tinggi memiliki potensi untuk terkena penyakit jantung pembuluh dari 3 kali dan 2.5 kali diabetes dibandingkan dengan partisipan dengan kadar BPA 25% paling rendah

Sampai sekarang, penelitian akan efek BPA terhadap kesehatan masih berlanjut. Produk yang mengandung BPA juga masih banyak ditemui. Hal ini karena paparan BPA terhadap tubuh bisa jadi tidak begitu banyak dibandingkan paparan BPA yang dilakukan dalam penelitian. Namun, kita tetap perlu waspada mengingat saat ini lebih banyak makanan kemasan yang dikonsumsi dibandingkan non-kemasan. 




Referensi :

Ronit Machtinger, Catherine M.h. Combelles, Stacey A. Missmer, Katharine F. Correia, Paige Williams, Russ Hauser, and Catherine Racowsky. Bisphenol-A and human oocyte maturation in vitro.Human Reproduction, 2013 DOI: 10.1093/humrep/det312

National Toxicology Program. Bisphenol A (BPA). https://www.niehs.nih.gov/health/assets/docs_a_e/bisphenol_a_bpa_508.pdf

Kamis, 31 Maret 2016

7 Prinsip Makanan Pendamping ASI Menurut WHO

18.21 0
Setelah memasuki usia 6 bulan, bayi sudah harus diperkenalkan makanan pendamping ASI karena pada usia ini ASI memenuhi ¾ dari kebutuhan energi sedangkan sisanya harus dipenuhi dari makanan pendamping ASI. Inilah salah satu periode yang penting karena sejak usia 6 bulan sampai 2 tahun yang dikenal dengan masa pertumbuhan, anak membutuhkan zat gizi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.

Karena saat ini adalah periode emas, jika terjadi masalah gizi, misalnya yang banyak terjadi saat ini adalah stunting (pendek), maka akan sulit kembali normal. Pada tahun 2013 angka kejadian stunting di Indonesia 37,2 %, kondisi ini meningkat dari tahun 2010 dengan kejadian stunting 35,6% (Riskesdas 2013). Data terakhir menunjukkan angka stunting di Indonesia menurun menjadi 29,2% (PSG, 2015). Walaupun demikian, praktik pemberian makanan pada bayi dan anak perlu mendapat perhatian serius agar trend kejadian stunting ini menurun.

Kondisi stunting bisa digambarkan oleh 3 hal berikut :
  1.             Anak pendek menurut umur
  2. .          Terjadi karena kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama
  3.             Tidak dapat kembali normal setelah usia 2 tahun

Oleh sebab itu, masa 2 tahun pertama kehidupan anak sangatlah penting untuk menghindarkan mereka dari kekurangan gizi. Kekurangan gizi yang lain dapat berupa anemia defisiensi besi (ADB). Kejadian ADB juga banyak dialami anak-anak. Sebenarnya pada usia 4 bulan pertama, bayi dianjurkan diberikan suplementasi zat besi karena cadangan zat besi dalam tubuh bayi semakin menurun. Ditambah lagi pada masa MP-ASI yang pertama kali, jika tidak memperkenalkan bahan makanan sumber zat besi bisa jadi anak akan mudah terkena ADB. Risiko jika anak mengalami ADB adalah  anak akan mudah lelah, letih, nafsu makan menurun atau berat badan sulit naik.
Dari manakah sumber zat besi yang baik? Sumber hewani adalah yang terbaik karena 15-20% dari bahan makanan hewani akan terserap dengan baik walaupun dimakan dalam jumlah sedikit, sementara zat besi dari sumber nabati (tumbuhan) hanya diserap 5% saja walaupun dimakan dalam jumlah banyak. Sehingga dapat dikatakan kualitas zat besi dari sumber hewani lebih baik dari nabati. Akan tetapi berprinsiplah untuk memberikan gizi seimbang dari bahan makanan lokal yang ada di sekitar.

MP-ASI Seimbang
Jika dulu ada konsep 4 sehat 5 sempurna, seakrang  ada istilah MP ASI 4 bintang. Jika dalam MP ASI si kecil ada bahan makanan sumber karbohidrat (makanan pokok) maka itu dinilai 1 bintang, jika ditambah lagi dengan sumber zat besi dari hewani akan mendapat tambahan 1 bintang lagi. Bahan makanan nabati (kacang-kacangan) akan dihargai 1 bintang dan terakhir jika ditambah dengan kelompok sayur dan buah maka lengkaplah MP ASI si kecil bertabur 4 bintang. Sehingga jangan ragu untuk memperkenalkan aneka bahan makanan di masa MP ASI awalnya.
Dalam memberikan MP-ASI yang berkualitas, Bunda sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip dasar yang direkomendasikan oleh WHO:
  1. Usia 
          MP ASI untuk anak usia 6 bulan pertama tentu berbeda dengan yang sudah berusia 1 tahun. Pada umumnya usia dalam pemberian MP ASI diklasifikasikan berdasarkan kelompok usia 6 bulan pertama, 7-9 bulan, 9-12 bulan dan 12-24 bulan.


  2. Frekuensi
    Frekuensi disini maksudnya seberapa sering harus memberikan MP ASI dalam sehari. Frekuensi MP ASI untuk usia 6 bulan pertama tentu berbeda dibandingkan usia anak yang lebih besar.
    Pada usia 6 bulan pertama dapat diberikan MP ASI 2-3x sehari dengan target pengenalan rasa.
    Usia 7-9 bulan dapat ditingkatkan menjadi 3x makan dengan 1-2 kali selingan. Pada usia 9-12 dan 12-24 bulan dapat diberikan 3-4 kali makan dengan selingan 1-2 kali sehari. Selingan dapat berupa buah, biskuit, bubur kacang hijau dll yang padat energi.

  3. Jumlah dalam sekali makan
         Ini yang harus menjadi perhatian bunda. Terkadang bunda yakin sudah memberikan makanan yang tepat sesuai umur anak. Akan tetapi yang sering dilupakan adalah seberapa banyak yang sebaiknya diberikan dalam sekali makan. So, bunda jangan lupa untuk menakar makanan si kecil ya untuk mengetahui apakah si kecil mendapat asupan makanan yang cukup.  

          Untuk usia 6 bulan pertama dapat diberikan 2-3 sendok makan MP ASI.
          Usia 7-9 bulan ditingkatkan perlahan hingga ½ mangkuk ukuran 250 ml
          Usia 9-12 mulai ½ mangkuk – ¾ mangkuk ukuran 250 ml
          Usia 12-24 bulan mulai ¾ mangkuk – 1 mangkuk ukuran 250 ml.


  4.  Tekstur/Konsistensi. 
    Mengapa tekstur penting? Jika terlambat menaikkan tekstur MP ASI si kecil dapat menjadi masalah dalam hal kemampuan si kecil menelan, proses tumbuh gigi atau pola kebiasaan makan yang kurang baik di masa datang. Tekstur juga berpengaruh pada kandungan energi dan zat gizi lain dari makanan tersebut. Satu mangkuk penuh bubur tepung tentu berbeda jauh energinya dengan semangkuk nasi misalnya. Atau semangkuk penuh bubur nasi yang encer tentu berbeda juga kandungan zat gizinya dengan semangkuk bubur nasi yang kental. MP ASI yang terlalu encer hanya akan membuat si kecil lebih cepat kenyang karena kandungan cairannya yang tinggi namun energinya lebih sedikit.

    Untuk usia 6 bulan pertama perkenalkanlah bubur kental.
    Usia 7-9 bulan berilah makanan yang dilumatkan, dapat juga diberikan makanan yang dipotong dan mudah untuk dipegang.
    Usia 9-12 bulan berilah makanan keluarga yang diiris/dipotong.
    Usia 12-24 bulan berilah makanan seperti yang dimakan keluarga tanpa harus ada pembedaan.


  5. Variasi. 
    Variasi disini maksudnya sama dengan prinsip 4 bintang seperti yang telah dijelaskan di atas. Agar riwayat makan si kecil dapat terpantau, membuat food diary (catatan makanan) yang dapat mengingatkan jenis bahan makanan penyebab alergi (alergen) terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat alergi sehingga bahan makanan ini dapat dihindarkan untuk diberikan pada si kecil.


  6. Kebersihan
    Kebersihan disini mencakup kebersihan diri (PHBS), kebersihan alat makan, kebersihan lingkungan, dan lain-lain. Hal ini penting untuk menjaga kemungkinan penyakit yang didapat karena makanan/lingkungan yang tidak bersih.


  7.  Pemberian makanan secara aktif/responsif  
    Pada poin ini mencakup ketelatenan/kesabaran dalam memberikan makanan kepada si kecil, terkadang ia mulai melepeh dan menyembur makanan yang diberikan. Namun, bukan berarti harus menyerah begitu saja untuk mencoba memberikan lagi. Atau pada masa GTM (gerakan tutup mulut) bukan berarti juga harus menyerah sampai di situ saja. Memberikan kesempatan kepada si kecil untuk makan sendiri dapat menjadi salah satu solusi. Ia biasanya sangat senang mengeksplore makanannya dengan belajar memasukkan sendiri ke mulut atau bahkan hanya membuatnya berserakan di lantai. Ini adalah proses belajar.

    http://www.nth.nhs.uk/content/uploads/2015/09/happy-mum-happy-baby.jpg
    Tetaplah berusaha memberikan makan dan upayakan untuk tidak membiarkan si kecil makan dalam jangka waktu yang lama. Berikan batas waktu misalnya 30 menit. Setelah itu sebaiknya tidak diberikan snack atau yang lainnya, biarkan ia merasakan sensasi lapar sehingga makananpun menjadi berharga baginya. Berlatihlah terus membentuk pola makan pada anak. Kebiasaan memberikan susu/snack sebelum makan hanya akan membuatnya kenyang walaupun tanpa diberikan makanan utama.

Gula dan Garam dalam MP-ASI

Ada hal menarik yang juga sebaiknya  diperhatikan yaitu pemberian tambahan gula dan garam pada MP ASI. Pada saat ini kasus penyakit yang tidak menular (non-communicable disease) seperti hipertensi, diabetes, jantung menunjukkan trend yang meningkat. Sebaiknya pemberian tambahan gula dan garam pada MP ASI ditunda.  Penundaan ini bertujuan agar si kecil mudah mengenali rasa asli dari bahan-bahan makanan yang telah  diperkenalkan.

Tundalah memberikan tambahan gula dan garam hingga anak berusia 1 tahun jika mampu. Pemberian gula yang dianjurkan oleh WHO kurang dari 10% dari total kebutuhan energi harian. Karena gula di beberapa bahan termasuk hidden sugar (gula tersembunyi) yang kadang jarang teridentifikasi oleh konsumen  maka bijaklah membaca label informasi nilai gizi di setiap kemasan makanan/minuman. Dalam hal penambahan gula pada makanan terutama untuk MP ASI dan makanan anak usia sekolah, beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia sudah sangat ketat untuk mencegah peningkatan kasus diabetes mellitus sejak dini.



Yuni Dwi Setiyawati, S.Gz. Dietitian



Referensi :
Mahan, L. Kattleen, Sylvia Escott-Stump, Janice L. Raymond. Food and Nutrition Care Process Ed. 13. 2012. Elsevier Inc.
Modul Pemberian Makan pada Bayi dan Anak. WHO.Infant and Young Child Feeding.February 2014 diakses dari www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en











Sabtu, 26 Desember 2015

Sudah Minum Susu, Yakin Kebutuhan Vitamin D Anda Sudah Cukup?

22.59 0
Asupan vitamin D sangat penting bagi tubuh. Manfaat vitamin D diantaranya adalah untuk imunitas bahkan pencegah kanker. Bagaimana caranya untuk bisa memenuhi kebutuhan vitamin D dalam sehari?

Kandungan vitamin D di dalam makanan, serta makanan yang mendangung vitamin D ternyata tidak sebanyak makanan yang mengandung vitamin A maupun vitamin C. Kabar baiknya, manusia sudah diciptakan bisa memproduksi vitamin D secara alami dengna bantuan sinar UVB dari matahari.

Lalu, apakah hanya dengan mengandalkan vitamin D dari sinar matahari sudah mampu memenuhi kebutuhan harian vitamin D? Atau, cukupkah asupan vitamin D hanya dari makanan saja?

Kebutuhan Vitamin D Harian
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia tahun 2013, kebutuhan vitamin D pria dan wanita di usia 1-64 tahun adalah sektiar 15 mcg (mikro gram) dalam satu hari. Sedangkan kebutuhan vitamin D bayi dari lahir sampai usia 11 bulan adalah skeitar 5 mcg saja.

Untuk wanita hamil dan menyusui tidak ada tambahan kebutuhan akan vitamin D. Selain dalam ukuran mikro gram, kebutuhan akan vitamin D seringkali juga diukur dengan satuan IU atau International Unit. Untuk kebutuhan 15 mcg setara dengan 600 IU, sedangkan untuk 5 mcg setara dengan 200 IU.

Makanan Sumber Vitamin D
Beberapa makanan yang mengandung vitamin D tertinggi diantaranya adalah susu, telur dan ikan terutama ikan salmon, sarden dan tuna.

Vitamin D yang ada di dalam telur hanya sekitar 43 IU. Jika melihat kebutuhan harian antara 200 - 600 IU, bisa dipastikan harus mengkonsumsi minimal 10 butir telur dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan Vitamin D ini.

Kandungan viatmin D pada ikan salmon adalah yang tertinggi, sekitar 500 IU untuk setiap porsinya. Permasalahannya, tidak semua diantara kita mampu mengkonsumsi ikan salmon setiap hari, Baik karena alasan harga maupun ketersediaan ikan tersebut.

Vitamin D di dalam susu menurut beberapa sumber bervasiari antara 103-105 IU untuk satu porsi atau sekitar 250 ml. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin D hanya dari susu saja, minimal mengkonsumsi 6 gelas susu dalam sehari atau 1200 ml lebih. 

Masalahnya bagaimana dengan sebagian dari kita yang tidak bisa mengkonsumsi susu karena alergi atau intoleransi laktosa?

Untuk mengatasi kondisi ini, vitamin D banyak ditambahkan ke dalam makanan atau sering disebut dengan fortifikasi. Penambahan ini diharapkan mampu meningkatkan kecukupan vitamin D yang didapatkan dari makanan.

Namun kenyataannya, penambahan vitamin D dalam makanan pun dirasa belum cukup dan belum efektif. Lalu, adakah solusi lainnya?

Surga Vitamin D ada Di Kulit Kita

Jika asupan vitamin D dari makanan tidak atau belum cukup memenuhi kebutuhan dalam sehari, lalu bagaimana dengan vitamin D yang diproduksi tubuh dengan bantuan sinar matahari?

Kulit manusia mampu memproduksi vitamin D. Menurut penelitian, paparan sekitar 100% sinar matahari ke kulit tubuh manusia (dalam kondisi seperti berjemur dengan pakaian minimal), setara dengan ketika kita mengkonsumsi vitamin D dalam jumlah 10.000 - 25.000 vitamin D oral.

Bahkan, paparan sekitar 6% kulit tubuh saja terhadap sinar matahari, mampu menghasilkan vitamin D setara dengan 600 - 1000 IU vitamin D oral.

Penelitian lain, yang sering dikenal dengan 'Holick's rule' menyatakan bahwa hanya dengan paparan kulit di area wajah dan kedua tangan selama 5-30 menit di antara jam 10 pagi sampai jam 3 sore dua kali dalam seminggu pun sudah cukup memenuhi kebutuhan vitamin D secara adekuat. Perlu diingat bahwa vitamin D adalah vitamin yang larut lemak, sehingga mampu disimpan di dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama.

Dari paparan singkat di atas bisa sedikit disimpulkan jika hanya mengandalkan asupan vitamin D dari makanan saja, belum bisa memenuhi kebutuhan dalam sehari. Sebaliknya, jika dikombinasikan atau bahkan hanya dengan membiarkan sinar matahari menyentuh kulit kita dalam waktu yang singkat, sudah mampu memenuhi kebutuhan vitamin D.

Meskipun demikian, ada beberapa faktor juga yang mempengaruhi produksi vitamin D di kulit oleh sinar matahari. Silakan baca artikel selanjutnya untuk mengetahui faktor apa saja yang bisa mempengaruhi produksi vitamin D di kulit.

Jadi, sudah cukupkah kebutuhan vitamin D Anda hari ini?



Referensi
Nimitphong H, Holick MF. Vitamin D status and sun exposure in southeast Asia. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):34-37. doi:10.4161/derm.24054.
Food SOurces of Vitamin D.Diettians of Canada

Senin, 21 Desember 2015

Sinar Matahari dan Vitamin D

20.25 0

Vitamin D merupakan jenis vitamin yang larut lemak. Di dalam makanan, lebih sering kita dapatkan pada makanan yang juga mengandung lemak tinggi seperti telur, susu dan daging. Selain dari makanan, vitamin D bisa didapatkan dengan bantuan sinar matahari. Bukan didapatkan dari sinar matahari. Lalu bagaimana hubungan sinar matahari dengan vitamin D?

Sinar Matahari Tidak Mengandung Vitamin D
Pernah mendengar tentang pro-vitamin A? Nama lain dari pro-vitamin A adalah beta karoten. Substansi organik yang di dalam tubuh bisa diubah menjadi vitamin A. Pro-vitamin A kita dapatkan hanya dari produk nabati. Sama halnya dengan pro-vitamin D, merupakan bentuk vitamin D yang belum aktif. Aktivasinya bisa dilakukan oleh sinar matahari.

Sebagian besar kolesterol dalam tubuh manusia diproduksi sendiri, yaitu sekitar 80%. Turunan dari kolesterol ini membentuk zat 7-dehidrokolesterol atau dikenal dengan pro-vitamin D3 atau lebih sering dikenal dengan pro-vitamin D. Karena paparan sinar matahari, zat ini kemudian berubah menjadi Vitamin D3.  

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sintesis Vitamin D di Kulit

Jika matahari bisa membantu proses sistesis vitamin D di kulit, lalu bagaimana dengan belahan bumi lain yang tidak terpapar sinar matahari setiap harinya? Bagaimana juga dengan warna kulit seseorang? Jam berapakah kita bisa memanfaatkan sinar matahari ini lebih efektif?

  • Letak Geografis
    Sebagai orang yang hidup di negara tropis dan dilewati zona khatulistiwa, tentu kita patut bersyukur karena tak perlu susah-susah mencari sumber vitamin D. Hanya dengan beraktivitas di luar ruangan dan kemudian terpapar dengan sinar matahari pagi, tubuh sudah memulai proses metabolisme vitamin D di kulit ini.

    Setiap hariya, hanya sektiar 1% sinar Ulta Violet B (UVB) yang mencapai bumi. Sinar UV jenis lain pun tak banyak yang bisa kita rasakan. Tentu saja hal ini karena adanya lapisan ozone di atmosfer bumi. pancaran sinar matahari di belahan bumi tentu berbeda. Orang-orang yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa, pada musim dingin akan mendapat sedikit sekali sinar UV ini. Tentu saja karena selain derajad kemiringan bumi yang menghadap matahari, juga karena 99% sinar UV diserap oleh ozone. Maka selama musim dingin, penduduk di area ini tidak bisa memproduksi vitamin D hampir selama 6 bulan. Kebutuhan vitamin D pun harus dipenuhi murni dari makanan.

  • Warna Kulit
    Warna kulit orang yang tinggal di area dengan sinar matahari berlimpah umumnya lebih gelap atau lebih banyak pigment. Sebagian kita pasti menyangka bahwa tingginya pigmen kulit akan meningkatkan kemampuan menyerap sinar UV.

    Perbedaan warna kulit memang mempengaruhi kemampuan penyerapan jumlah sinar UV dan kemampuan sitesis vitamin D di kulit. Pada penelitian yang dilakukan antara orang kulit putih (kulit tipe 2) dan orang kulit hitam (kulit tipe 5) kemudian diberi paparan jumlah sinar UV yang sama, menunjukkan hasil yang berbeda.

    Meskipun jumlah paparan sinar UV yang diberikan dalam jumlah yang sama, orang kulit putih dengan kulit tipe 2 mampu memproduksi vitamin D lebih dari 30 kali. Sedangkan orang kulit hitam yang diteliti tidak memproduksi vitamin secara signifikan. Namun, jika paparan sinar matahari yang diberikan pada orang kulit hitam ini diberikan 5x lebih banyak, maka jumlah vitain D yang bisa diproduksi meningkat 15x. 


    Penelitian lain yang dilakukan di Boston pada musim panas menunjukkan hal yang mirip juga. Orang kulit putih yang diberikan paparan sinar matahari selama kurang lebih 30 menit, kadar zat provitamin D3 di dalam darah meningkat sejumlah 3%. Namun, orang kulit hitam hanya mampu memproduksi sekitar 0.3% saja. Di sinilah terlihat kekuasaan Allah, bahwa meskipun tinggal di lingkungan dengan sinar matahari tidak sebanyak di daerah tropis, tubuh bisa memanfaatkan sinar matahari dengan maksimal. Sedangkan orang-orang yang tinggal di daerah tropis tidak serta merta memiliki kandungan vitamin D yang jauh lebih tinggi karena sering terpapar sinar matahari, namun cukup untuk tubuh.

    Dalam penelitian lainnya orang dengan kadar pigment yang lebih tinggi kemudian tinggal di daerah 4 musim akan mengalami perubahan pigmentasi pada kulit. Tentu saja ini untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dengan kemampuan tubuh untuk memanfaatkan sinar matahari. Bisa jadi Anda akan melihat perubahan teman atau saudara yang tinggal di negara 4 musim selama bertahun-tahun menjadi lebih cerah.
  • Waktu Terbaik Memanfaatkan Sinar Matahari
    Berdasarkan kaidah Holick, paparan sinar matahari selama 25 menit di area wajah dan kedua tangan, 3x seminggu sekitar jam 9 pagi bisa mempertahankan status vitamin D yang cukup adekuat. Michael F. Holick yang menemukan teori ini adalah peneliti yang terkemuka dan telah mendapatkan banyak penghargaan atas berbagai penelitiannya tentang vitamin D.




    Hastrin Hositanisita, S.Gz


    referensi :
Nimitphong H, Holick MF. Vitamin D status and sun exposure in southeast Asia. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):34-37. doi:10.4161/derm.24054.

Wacker M, Holick MF. Sunlight and Vitamin D: A global perspective for health. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):51-108. doi:10.4161/derm.24494.

Setiati SVitamin D status among Indonesian elderly women living in institutionalized care units
2008 Apr;40(2):78-83.

.


Selasa, 15 Desember 2015

5 Buah dengan Vitamin C Tertinggi

09.50 0


Apakah jeruk yang mengandung vitamin C paling tinggi? Selama ini kita mengasosiasikan makanan, terutama buah dengan kandungan vitamin C tertinggi adalah jeruk. Faktanya jeruk tidak menempati posisi pertama dalam kandungan vitamin C. Di bawah ini adalah daftar buah dengan kandungan vitamin C tertinggi, yang murah dan mudah kita temui.



  1. Jambu merah
    Setiap satu porsinya sekitar 10 gram,  mengandung sekitar 206 mg vitamin C. Sumber lain menyatakan satu porsi jambu bahkan mengandung 228 mg vitamin C. Selain kaya akan vitamin C, jambu merah juga mengandung kadar gula yang rendah. Indeks glikemiknya pun diperkirakan hanya sekitar 7. Jadi buah jambu sangat baik bagi penderita diabetes. Tentu saja dikonsumsi dalam bentuk mentah atau tanpa dimasak apalagi dijus dengan ditambah gula pasir.


  2. Pepaya
    Buah yang tidak mengenal musim berbuah ini bisa menjadi andalan kita dalam mencukupi kebutuhan vitamin C dalam satu hari. Setiap 100 gram pepaya emengandung skeitar 60 mg vitamin C. Agak jauh memang jika dibandingkan jambu, namun mengkonsumsi pepaya tentu jauh lebih mudah karena bijinya lebih mudah dibersihkan.

  3. Jeruk
    Jeruk, sebenarnya 'hanya' mengandung 53.2 mg vtamin C untuk setiap 100 gram nya. Meskipun tidak sebanyak jambu, jeruk selalu menjadi buah favorit karena memang mudah dikonsumsi. Selain itu, salah satu jenis flavonoid dalam jeruk yaiut herperidin pada penelitian pre-klinis diketahui mampu membantu menurunkan kadar tekanan darahdan juga kolesterol.
  4. Nanas
    Buah khas daerah tropis ini mengandung sektiar 48 mg vitmain C tiap 100 gram nya. Zat yang paling khas dari nanas adalah enzym bromealin. Enzym ini, menurut American Cancer Society, bisa membantu menetralkan rasa tidak nyaman pasca terapi radiasi untuk terapi kanker.
  5. Mangga
    Dalam setiap 100 gam buah mangga, tanpa kulit tentunya bisa mengandung vitamin C sampai  36.4 mg. Jika mengkonsumsi satu buah mangga dengan berat sektiar 330 gram, maka vitamin C sejumlah 122.3 mg sudah cukup memenuhi kebutuhan vitamin C dalam sehari. Meskipun baik sebagai sumber vitamin C, mangga juga mengandung gula sederhana cukup tinggi. Karenanya, untuk penderita diabetes, perlu membatasi asupan buah mangga.

     Referensi


    Megan Ware RDN LD.Pineapple: Health Benefits, Recipes, Health Risks
    Oranges.World's Healthiest Foods
    http://ndb.nal.usda.gov


Senin, 14 Desember 2015

5 Langkah Menurunkan Risiko Penularan HIV Selama Menyusui

19.12 0

pic by momjunction.com

Memberikan ASI untuk bayi dengan ibu positif HIV sangat penting dan sudah direkomendasikan WHO. Meskipun demikian, masih ada potensi bagi bayi untuk tertulas HIV selama menyusui meskipun prosentasenya lebih kecil dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI. 

UNICEF merekomendasikan 5 langkah penting untuk menurunkan risiko penularan HIV pada bayi selama menyusui. 

-         Durasi Menyusui yang lebih pendek
Durasi menyusui yang lebih pendek pada bayi dengan risiko terinfeksi HIV lebih efektif daripada menyusui dengan durasi lebih lama. Menyusui selama 6 bulan berisiko 1/3 kali terinfeksi HIV dibandingkan menyusui selama 2 tahun.

-         ASI Eksklusif
Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama dan juga hari-hari pertama kelahiran sangat penting. Bayi akan mendapatkan kolostrum, cairan super yang berisi zat kekebalan tubuh sebagai pertahanan pertama tubuh bayi. Penelitian di Durban, Afrika Selatan menunjukkan bahwa ASI eksklusif selama 3 bulan pertama memiliki risiko penularan yang lebih rendah penularan dari ibu ke bayi daripada pemberian ASI yang dicampur dengan makanan lain seperti air putih.

-         Pencegahan dan Solusi Kelainan Payudara
Posisi  dan pelekatan saat menyusui yang tepat sangat membantu mencegah terjadinya luka pada payudara seperti putting lecet bahkan mastitis atau pembengkakan payudara. ASI mengandung beberapa zat imunologi aktif yang bisa mencegah penularan virus dari ibu ke bayi. Jadi, potensi penularan HIV ke bayi bisa jadi disebabkan virus yang ada di dalam darah ibu yang masuk ke dalam tubuh bayi karena putting lecet. Mempelajajari teknik menyusui yang tepat sangat penting dilakukan sejak sebelum hamil. Anda bisa menghubungi konselor menyusui di puskesmas, klinik bersalin, rumah sakit maupun organisasi non-profit yang mendukung ibu menyusui seperti AIMI.

-          Mencegah infeksi HIV selama proses menyusui
Kita tidak pernah bisa tahu darimana virus HIV bisa berada dalam tubuh sesorang. Hanya saja, pertumbuhan virus pada ibu akan menjadi lebih tinggi sesaat setelah terjadi infeksi baru. Maka mencegah dan menjaga diri dari potensi tertular HIV kapanpun itu adalah sangat penting.

-          Penanganan dini pada masalah kesehatan mulut bayi
Selain kondisi kesehatan payudara, kondisi mulut bayi pun perlu dicek secara berkala. Luka sekecil apapun pada area mulut bayi bisa memudahkan virus masuk ke dalam tubuh.


Hastrin Hositanisita, S.Gz 

referensi

HIV and Infant Feeding. UNICEF.org
Breastmilk Seems To kill HIV.
PLoS Pathogens, DOI: 10.1371/journal.ppat.1002732







Selasa, 10 November 2015

Short Course Gizi Optimalisasi Peran Nutrisionis Dalam Surveilans Gizi

07.24 0




Short Course Gizi Optimalisasi Peran Nutrisionis Dalam Surveilans Gizi


Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan Surveilans Gizi. Pelatihan ini cocok untuk  Anda :
  • Nutrisionis di lingkungan Puskesmas maupun Dinas Kesehatan
  • Dosen dan instruktur gizi masyarakat
  • Pengelola program gizi dan ketahanan pangan
  • Mahasiswa (D4/S1, S2) Gizi
Investasi acara ini hanya Rp. 750.000

Waktu dan Tempat 
Kamis - Sabtu : 19 - 21 November 2015
Tempat : Hotel Inna Garuda Yogyakarta

Pendaftaran melalui Sms/Whatsapp/Telepon
Almira Sitasari (0877 3897 7846)
Elin Karlina (0819 0402 8400)


Senin, 24 Agustus 2015

Pekan ASI Sedunia : Ayo Menyusui Dan Bekerja

14.08 0
Tahun ini, tepat 70 tahun sudah Indonesia dianugerahi kebebasan untuk berdaulat. Bulan Agustus tidak hanya spesial bagi bangsa Indonesia karena merayakan hari kemerdekaan. Hari ASI sedunia atau dikenal dengan istilah World Breastfeeding Week (WBW) pun diperingati di bulan Agustus selama sepekan, 1-7 Agustus. Tahun ini adalah peringatan ke 23 WBW sejak pertama kali diperingati tahun 1992 lalu.



Sejarah World Breastfeeding Week
Masalah menyusi menjadi isu yang sangat diperhatikan oleh WHO. Berbagai permasalah seputar menyusui juga dihadapi oleh negara maju maupun berkembang. Ide diluncurkannya WBW merupakan implementasi dari Deklarasi Innocenti tahun 1990. Pertemuan yang diselenggarakan di bangunan bersejarah Spedale degle Innocenti di Florence Italia tanggal 30 Juli - 1 Agustus, dan dihadiri para pemegang kebijakan dawi WHO dan UNICEF menjadi cikal bakal gerakan massif mempromosikan ASI dan menyusui.

Spedale degli Innocenti
Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa menyusui adalah sebuah proses yang memiliki beberapa manfaat penting diantaranya: 1) memberikan nutrisi yang ideal untuk bayi, 2) mendukung perkembangan dan pertumbuhan bayi yang sehat; 3) menurunkan kejadian penyakit infeksi sehingga menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi, 4) berkontribusi untuk kesehatan wanita terutama menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium; 5) memberikan manfaat positif terhadap kondisi sosial dan ekonomi keluarga juga negara. Deklarasi Innocenti juga menganjurkan penundaan pemberian makanan tambahan setelah bayi diberikan ASI saja selama 4 atau 6 bulan. Kebijakan ini pada akhirnya direvisi menjadi ASI eksklusif selama 6 bulan.

Beberapa organisasi maupun perorangan yang tergabung dalam World Alliance Breastfeeding Actions (WABA) mengadakan pertemuan dengan pihak UNICEF dan mengusulkan diadakannya Hari ASI Sedunia. Pada akhirnya, hasil diskusi antara WABA dan UNICEF menyepakati hari ASI sedunia diselenggarakan selama satu pekan dengan alasan akan lebih efektif dalam mengkampanyekan pemberian ASI. pada akhirnya WBW diperingati pertama kali tanggal 1 Agustus 1992 dan 70 negara berpartisipasi dalam peluncuran WBW perdana ini. Saat ini hampir 140 negara telah berpartisipasi dengan WBW dan secara khusus, WHO meluncrkan tema khusus setiap tahunnya untuk mencapai kesepakatan pada Deklarasi Innocenti.

Breastfeeding and Work, Let’s Make It Work

Menyusui adalah proses yang sangat kompleks dan keberhasilan memberikan ASI eksklusif adalah tantangan, terutama bagi ibu yang bekerja. Mulai dari cuti melahirkan yang hanya 3 bulan, sampai dengan jam kerja, jarak, waktu serta tanggungjawab ganda yang dihadapi oleh ibu bekerja.

Tahun 2015, secara khusus WHO dan WABA mengkampanyekan menyusui bagi ibu bekerja. WABA menyebut kata bekerja tidak hanya untuk ibu yang bekerja di luar rumah. Dukungan menysuusi juga harus diberikan untuk ibu yang bekerja di sektor formal, non formal, bekerja di rumah baik dibayar maupun tidak, tenaga kontrak, dan lainnya. Semua gerakan ini tentu saja dimaksudkan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas bayi namun juga ibu. Bahkan manfaat menyusui eksklusif juga akan dirasakan oleh perusahaan tempat sang ibu beekerja.

Bentuk Dukungan Perusahaan Untuk Ibu Menyusui

Bagi perusahaan WHO menyarankan beberapa pilihan untuk mendukung ibu bekerja :
  • Tetap memberikan gaji bagi ibu melahirkan
  • Menyediakan ruangan untuk memerah ASI di kantor
  • Menyediakan tempat penitipan anak atau daycare di kantor
  • Waktu bekerja yang fleksibel
  • Mengizinkan ibu untuk membawa bayi bekerja
  • Bekerja paruh waktu

    Manfaat Pemberian Dukungan ASI bagi Perusahaan
Meskipun beberapa pilihan tersebut dirasa cukup memberatkan bagi perusahaan, sebenarnya perusahaan yang mendukung penuh proses menyusui bagi pekerjanya akan mendapatkan banyak manfaat. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada banyak manfaat bagi perusahaan jika memberikan dukungan penuh kepada pekerjanya yang menyusui :

  1. Menurunkan Angka Absensi
    Ya. Ibu yang bisa memberikan ASI dengan sempurna akan lebih jarang absen bekerja. Tentu saja karena bayi yang diberikan ASI akan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat dibandingkan diberikan susu formula. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Health Promotion tahun 1995, ibu yang absen bekerja untuk merawat bayinya yang sakit 3x lebih sering terjadi jika anak diberikan makanan lain selain ASI. 

  2. Meningkatkan Keuntungan Perusahaan
    Siapa sangka dengan memberikan hak kepada ibu untuk menyusui sepenuhnya justeru memberikan keuntungan secara finansial bagi perusahaan. Terutama karena banyaknya pekerja yang kembali bekerja setelah cuti persalinan karena perusahaan memberikan dukungan untuk menyusui. Bisa mempertahankan karyawan yang berpengalaman akan menurunkan biaya untuk rekrutmen dan training untuk karyawan baru.
  3. Meningkatkan Produktivitas dan Loyalitas
    Apa yang Anda pikirkan tentang sebuah perusahaan yang memberikan jaminan dan dukungan penuh bagi karyawan wanitanya untuk menyusui? Anda pasti akan semakin betah dan nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan yang memberikan support menyusui untuk karyawannya terbukti akan meningkatkan produktivitas dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. 











Referensi :

http://worldbreastfeedingweek.net/webpages/intro01.html

Business Benefits. Supporting your breastfeeding employees saves money http://www.bfw.org.nz/Business-Benefits_332.aspx



Minggu, 16 Agustus 2015

Awas Bahaya Gula Jagung Dalam Makanan

01.32 1

Apakah anda termasuk  orang yang selalu membaca label makanan saat membeli produk makanan atau minuman dalam kemasan? Pernahkah anda memperhatikan berapa gula yang masuk dalam tubuh bila anda mengkonsumsi produk tersebut? Beberapa produsen makanan atau minuman menyebutkan penggunaan kata ‘sukrosadalam kandungan gizi produknya. Sebagian besar produk seringkali hanya menyebut gula.


Antara Gula, Sukrosa dan Fruktosa
Gula dalam terminologi ilmu gizi termasuk bagian dari karbohidrat. Ada beberapa jenis karbohidrat/ sakarida yaitu karbohidrat komplek (polisakarida: nasi, roti, gandum), disakarida dan karbohidrat sederhana (monosakarida). Glukosa, fruktosa dan galaktosa adalah jenis-jenis dari monosakarida.
Glukosa yang didapatkan secara bebas di alam dalam jumlah sedikit yaitu dalam sayur, buah, sirup jagung. Fruktosa biasa juga disebut gula buah karena memang banyak terdapat pada buah-buahan dan madu. Sedangkan galaktosa tidak terdapat bebas di alam dan hanya terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
Menurut tingkat kemanisannya, fruktosa adalah gula yang paling manis dibanding glukosa dan galaktosa. Bila dibuat skala perbandingan diantara gula sederhana ini maka fruktosa tingkat kemanisannya 1,7 sedangkan sukrosa adalah 1 dan galaktosa 0,6 dibanding sukrosa. Sukrosa merupakan salah satu jenis disakarida yang biasa dikonsumsi secara luas dan dikenal sebagai gula pasir.

Gula Dalam Industri Makanan
Beberapa jenis gula ini menjadi salah satu bahan tambahan dalam industry makanan yang membuat cita rasa menjadi lebih lezat. Sebut saja minuman teh kemasan yang beredar sangat banyak di Indonesia. Pada umumnya, pasti menambahkan gula dalam bentuk sukrosa atau gula pasir sebagai pemikat lidah para konsumen.
Selain gula sukrosa, pada industri makanan dan minuman sudah umum dikenal penggunaan fruktosa sebagai pemanis dalam bentuk high corn fructose syrup  (HFCS). HFCS merupakan sirup jagung yang telah mengalami proses enzimatis sehingga dapat meningkatkan kandungan fruktosa.
HFCS dibuat dari substrat pati jagung dan enzim isomerase yang dapat merubah glukosa dalam pati jagung menjadi fruktosa. Beberapa produk HFCS antara lain HFCS 90, HFCS 55 dan HFCS 45. Angka 90, 55 atau 45 menunjukkan prosentase fruktosa dalam HFCS. Misalkan HFCS 90 berarti mengandung 90% fruktosa dan sisanya adalah glukosa. HFCS 55 memiliki kandungan fruktosa dan glukosa yang sama dengan sukrosa (disakarida yang biasanya terdapat pada gula pasir). HFCS 55 biasa digunakan dalam pembuatan softdrink. Sedangkan HFCS 45 memiliki tingkat kemanisan paling rendah dan banyak digunakan untuk perisa buah atau minuman non karbonasi.

Mengapa Menggunakan HFCS?
Pertimbangan secara industri penggunaan HFCS ini sangat menguntungkan  karena sumber jagung yang melimpah membuat harganya menjadi lebih murah dibandingkan menggunakan jenis gula lain. Selain itu HFCS mudah dicampur karena berbentuk cair dan memiliki masa simpanyang lebih lama. Dalam jumlah yang sedikit HFCS dapat memberikan tingkat kemanisan yang maksimal dalam produk makanan atau minuman.

HFCS dan Kesehatan
Belakangan ini para pakar kesehatan di seluruh dunia menyeru dengan keras bahaya konsumsi gula berlebih. Bahkan WHO pun telah mengeluarkan peraturan dan anjuran khusus terkait asupan gula baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Artinya, konsumsi gula yang tidak tepat tentu menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi kesehatan, meskipun untung secara komersial .
Lalu, bagaimana pertimbangan konsumsi HFCS dari segi kesehatan? Banyak penelitian mengemukakan konsumsi fruktosa yang berasal HFCS dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya sindroma metabolik. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala gangguan metabolisme dalam tubuh dan menyebabkan beberapa kondisi seperti obesitas, peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) hingga resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes melitus, abnormalitas profil lipid/ dislipidemia (kenaikan kadar trigliserida, kolesterol dan LDL serta penurunan HDL) dan juga hipertensi.
HFCS dan Dislipidemia
Secara molekuler kondisi ini disebabkan karena fruktosa bersifat sangat lipogenik, artinya fruktosa dapat menyebabkan tubuh mengaktifkan gen-gen yang membentuk lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Trigliserida yang berlebihan dapat memicu pembentukan lemak dalam jaringan adiposa sehingga menyebabkan kegemukan. Peningkatan trigliserida selanjutnya akan meningkatkan kadar LDL dalam darah. Kondisi dislipidemia ini meningkatkan resiko penyakit jantung koroner yang disebabkan penimbunan plak yang terbentuk dari lemak dalam pembuluh darah jantung.
HFCS dan Diabetes
Konsumsi HFCS dalam jumlah besar diketahui mengganggu jalur sinyal insulin sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin adalah suatu kondisi dimana insulin tidak dapat mengangkut gula darah ke dalam sel sehingga kadar gula dalam darah naik. Kadar gula yang tinggi juga memicu pembentukan lemak dalam tubuh, menyebabkan dislipidemia dan selanjutnya jantung koroner hingga kematian mendadak.

Nyatanya  Fruktosa ada Di Dalam Buah dan Madu, So..
Fruktosa yang kita dapatkan secara alami di dalam buah dan madu memiliki jumlah yang sedikit sehingga tidak akan memiliki efek yang sama dibanding fruktosa dalam HFCS. Buah banyak mengandung air, serat dan kepadatan energi yang rendah. Buah-buahan hanya butuh waktu sebentar untuk dikunyah dan cepat sekali membuat kita merasa kenyang. Hampir tidak mungkin terjadi kelebihan konsumsi fruktosa yang berasal dari buah.
Madu mengandung 82% gula dan separuhnya (sekitar 40%) adalah fruktosa. Menurut beberapa penelitian madu hanya sedikit sekali meningkatkan kadar gula darah dibanding glukosa dan sukrosa. Madu juga dapat menurunkan C-Reactive protein yaitu salah penanda terjadi inflamasi misalkan akibat infeksi yang terjadi dalam tubuh. Madu diketahui pula dapat menurunkan kadar LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL. Madu juga kaya antioksidan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan dan menurukan faktor resiko terhadap suatu penyakit.
Apa saya sebaiknya mengkonsumsi madu? Jawabannya adalah sangat tergantung pada kondisi anda. Apabila anda orang yang sehat, aktif dan tidak sedang menurunkan berat badan maka madu tidaklah berbahaya dan nampaknya memberikan dampak negatif yang lebih sedikit dibanding konsumsi gula. Namun bila anda kegemukan, menderita diabetes dan sedang berjuang dengan pengaturan makanan sumber karbohidrat dan fruktosa maka sebaiknya madu dihindari saja. Keep healthy, readers


  -Cleonara Yanuar Dini, M.Sc., Dietisien-


Referensi:

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Astrup, A., Finer,N., 2000. Redefining type 2 diabetes: ‘diabesity’ or ‘obesity dependent diabetes mellitus’?. Obes Rev 1(2):57-59.
Bantle,J.P., Raatz.,S.K., Thomas,W., Georgopoulos., 2000.  Effects of dietary fructose on plasma lipid in healthy subjects. Am J Clin Nutr 72: 1128-34
Basciano,H., Federico, L., Adeli,K., 2005. Fructose, insulin resistance, and metabolic dyslipidemia. Nutr Metab 2 (1): 5.
Bray, George A., 2007. How bad is fructose. Am J Clin Nutr 86: 895-6
Dekker MJ, Su Q, Baker C, Rutledge AC, Adeli K. 2010.  Fructose: a highly lipogenic nutrient implicated in insulin resistance, hepatic steatosis, and the metabolic syndrome. AJP Endocrinol Metab 299: 685-694.
Elliot,S.S., Keim, N.L., Stern,J.S., Teff,K., Havel,P.J., 2002. Fructose, weight gain and the insulin resistance syndrome. Am J Clin Nutr 76: 911-22
Johnson, R.J., Segal., M.S., Sautin,Y., Nakagawa,T., Feig,D.I., Kang,D., Gersh,M.C., Benner,S., Lozada,L.G., 2007. Potential role of sugar (fructose) in the epidemic of hypertension, obesity and the metabolic syndrome, diabetes, kydney disease, and cardiovascular disease. Am J Clin Nutr 86: 899-906.
Matsuzaka,T., Shimano,H., 2013. Insulin –dependent and –independent regulation of sterol regulatory element binding protein-1c. J Diab Invest 4(5): 411-412.
Miyazaki,M., Dobrzyn,A., Man, W.C., Chu,K., Sampath,H., Kim,H.J., 2004. Stearoyl-CoA desaturase 1 gene expression is necessary for fructose mediated induction of lipogenic gene expression by sterol regulatory element-binding protein-1c-dependent and –independent mechanism. J Biol Chem 279 (24): 25164-25171.
Shimano,H. 2009. SREBP: physiology and patophysiology of the SREBP family. FEBS J 276: 616-621.
Stanhope,K.L., Schwarz,J.M., Havel, P.J. 2009. Consuming fructose-sweetened, notglucose-sweetened, beverages increases visceral adiposity and lipids and decrease insulin sensitivity in overweight/ obese humans. J Clin Invest 119(5): 1322-1334
Tranchida,F., Leopold,T., Zo,R., Valerie,D., Olivier,R., Abel,H., 2012. Long-term high fructose and saturated fat diet affects plasma fatty acids profile in rats. J Zhejiang Univ –Sci B 13(4): 307-317.





-           


-