
Antara Gula, Sukrosa
dan Fruktosa
Gula dalam
terminologi ilmu gizi termasuk bagian dari karbohidrat. Ada beberapa jenis
karbohidrat/ sakarida yaitu karbohidrat komplek (polisakarida: nasi, roti,
gandum), disakarida dan karbohidrat sederhana (monosakarida). Glukosa, fruktosa
dan galaktosa adalah jenis-jenis dari monosakarida.
Glukosa yang didapatkan secara bebas di alam dalam jumlah sedikit yaitu
dalam sayur, buah, sirup jagung. Fruktosa biasa
juga disebut gula buah karena memang banyak terdapat pada buah-buahan dan madu.
Sedangkan galaktosa tidak terdapat bebas di alam dan hanya terdapat dalam tubuh
sebagai hasil pencernaan laktosa.
Menurut
tingkat kemanisannya, fruktosa adalah gula yang paling manis dibanding glukosa
dan galaktosa. Bila dibuat skala perbandingan diantara gula sederhana ini maka
fruktosa tingkat kemanisannya 1,7 sedangkan sukrosa adalah 1 dan galaktosa 0,6
dibanding sukrosa. Sukrosa merupakan salah
satu jenis disakarida yang biasa dikonsumsi secara luas
dan dikenal sebagai gula pasir.
Gula Dalam Industri
Makanan
Beberapa jenis gula ini menjadi salah satu bahan tambahan dalam industry
makanan yang membuat cita rasa menjadi lebih lezat. Sebut saja minuman teh
kemasan yang beredar sangat banyak di Indonesia. Pada umumnya, pasti
menambahkan gula dalam bentuk sukrosa atau gula pasir sebagai pemikat lidah
para konsumen.
Selain gula sukrosa, pada industri makanan dan minuman sudah
umum dikenal penggunaan fruktosa sebagai pemanis dalam bentuk high corn fructose syrup (HFCS). HFCS merupakan sirup jagung yang telah
mengalami proses enzimatis sehingga dapat meningkatkan kandungan fruktosa.
HFCS
dibuat dari substrat pati jagung dan enzim isomerase yang dapat merubah glukosa
dalam pati jagung menjadi fruktosa. Beberapa produk HFCS antara lain HFCS 90,
HFCS 55 dan HFCS 45. Angka 90, 55 atau 45 menunjukkan prosentase fruktosa dalam
HFCS. Misalkan HFCS 90 berarti mengandung 90% fruktosa dan sisanya adalah
glukosa. HFCS 55 memiliki kandungan fruktosa dan glukosa yang sama dengan
sukrosa (disakarida yang biasanya terdapat pada gula pasir). HFCS 55 biasa
digunakan dalam pembuatan softdrink.
Sedangkan HFCS 45 memiliki tingkat kemanisan paling rendah dan banyak digunakan
untuk perisa buah atau minuman non karbonasi.
Mengapa Menggunakan
HFCS?
Pertimbangan
secara industri penggunaan HFCS ini sangat menguntungkan karena sumber jagung yang melimpah membuat
harganya menjadi lebih murah dibandingkan menggunakan jenis gula lain. Selain
itu HFCS mudah dicampur karena berbentuk cair dan memiliki masa simpanyang
lebih lama. Dalam jumlah yang sedikit HFCS dapat memberikan tingkat kemanisan
yang maksimal dalam produk makanan atau minuman.
HFCS dan Kesehatan
Belakangan ini para pakar kesehatan di seluruh dunia menyeru dengan
keras bahaya konsumsi gula berlebih. Bahkan WHO pun telah mengeluarkan
peraturan dan anjuran khusus terkait asupan gula baik untuk orang dewasa maupun
anak-anak. Artinya, konsumsi gula yang tidak tepat tentu menimbulkan dampak
yang kurang menguntungkan bagi kesehatan, meskipun untung secara komersial .
Lalu, bagaimana pertimbangan konsumsi HFCS dari segi kesehatan? Banyak penelitian
mengemukakan konsumsi fruktosa yang berasal HFCS dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan terjadinya sindroma metabolik. Sindroma metabolik adalah
sekumpulan gejala gangguan metabolisme dalam tubuh dan menyebabkan beberapa
kondisi seperti obesitas, peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) hingga
resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes melitus, abnormalitas profil
lipid/ dislipidemia (kenaikan kadar trigliserida, kolesterol dan LDL serta
penurunan HDL) dan juga hipertensi.
HFCS dan Dislipidemia
Secara
molekuler kondisi ini disebabkan karena fruktosa bersifat sangat lipogenik,
artinya fruktosa dapat menyebabkan tubuh mengaktifkan gen-gen yang membentuk
lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Trigliserida yang berlebihan dapat
memicu pembentukan lemak dalam jaringan adiposa sehingga menyebabkan kegemukan.
Peningkatan trigliserida selanjutnya akan meningkatkan kadar LDL dalam darah.
Kondisi dislipidemia ini meningkatkan resiko penyakit jantung koroner yang
disebabkan penimbunan plak yang terbentuk dari lemak dalam pembuluh darah
jantung.
HFCS dan Diabetes
Konsumsi
HFCS dalam jumlah besar diketahui mengganggu jalur sinyal insulin sehingga
menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin adalah suatu
kondisi dimana insulin tidak dapat mengangkut gula darah ke dalam sel sehingga
kadar gula dalam darah naik. Kadar gula yang tinggi juga memicu pembentukan
lemak dalam tubuh, menyebabkan dislipidemia dan selanjutnya jantung koroner
hingga kematian mendadak.
Nyatanya Fruktosa ada
Di Dalam Buah dan Madu, So..
Fruktosa yang kita dapatkan secara alami di dalam
buah dan madu memiliki jumlah yang sedikit sehingga
tidak akan memiliki efek yang sama dibanding fruktosa dalam HFCS. Buah banyak
mengandung air, serat dan kepadatan energi yang rendah. Buah-buahan hanya butuh
waktu sebentar untuk dikunyah dan cepat sekali membuat kita merasa kenyang.
Hampir tidak mungkin terjadi kelebihan konsumsi fruktosa yang berasal dari
buah.
Madu
mengandung 82% gula dan separuhnya (sekitar 40%) adalah fruktosa. Menurut
beberapa penelitian madu hanya sedikit sekali meningkatkan kadar gula darah
dibanding glukosa dan sukrosa. Madu juga dapat menurunkan C-Reactive protein
yaitu salah penanda terjadi inflamasi misalkan akibat infeksi yang terjadi
dalam tubuh. Madu diketahui pula dapat menurunkan kadar LDL, trigliserida dan
meningkatkan HDL. Madu juga kaya antioksidan yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan dan menurukan faktor resiko terhadap suatu penyakit.
Apa saya
sebaiknya mengkonsumsi madu? Jawabannya adalah sangat tergantung pada kondisi
anda. Apabila anda orang yang sehat, aktif dan tidak sedang menurunkan berat
badan maka madu tidaklah berbahaya dan nampaknya memberikan dampak negatif yang
lebih sedikit dibanding konsumsi gula. Namun bila anda kegemukan, menderita
diabetes dan sedang berjuang dengan pengaturan makanan sumber karbohidrat dan
fruktosa maka sebaiknya madu dihindari saja. Keep healthy, readers
-Cleonara Yanuar Dini, M.Sc., Dietisien-
Referensi:
Almatsier,
Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Astrup,
A., Finer,N., 2000. Redefining type 2 diabetes: ‘diabesity’ or ‘obesity
dependent diabetes mellitus’?. Obes Rev 1(2):57-59.
Bantle,J.P., Raatz.,S.K., Thomas,W.,
Georgopoulos., 2000. Effects of dietary
fructose on plasma lipid in healthy subjects. Am J Clin Nutr 72: 1128-34
Basciano,H.,
Federico, L., Adeli,K., 2005. Fructose, insulin resistance, and metabolic
dyslipidemia. Nutr Metab 2 (1): 5.
Bray, George A., 2007. How bad is fructose. Am J Clin Nutr 86: 895-6
Dekker
MJ, Su Q, Baker C, Rutledge AC, Adeli K. 2010.
Fructose: a highly lipogenic nutrient implicated in insulin resistance,
hepatic steatosis, and the metabolic syndrome. AJP Endocrinol Metab 299: 685-694.
Elliot,S.S., Keim, N.L., Stern,J.S., Teff,K.,
Havel,P.J., 2002. Fructose, weight gain and the insulin resistance syndrome. Am J Clin Nutr 76: 911-22
Johnson, R.J., Segal., M.S., Sautin,Y.,
Nakagawa,T., Feig,D.I., Kang,D., Gersh,M.C., Benner,S., Lozada,L.G., 2007.
Potential role of sugar (fructose) in the epidemic of hypertension, obesity and
the metabolic syndrome, diabetes, kydney disease, and cardiovascular disease. Am J Clin Nutr 86: 899-906.
Matsuzaka,T.,
Shimano,H., 2013. Insulin –dependent and –independent regulation of sterol
regulatory element binding protein-1c. J
Diab Invest 4(5): 411-412.
Miyazaki,M.,
Dobrzyn,A., Man, W.C., Chu,K., Sampath,H., Kim,H.J., 2004. Stearoyl-CoA
desaturase 1 gene expression is necessary for fructose mediated induction of
lipogenic gene expression by sterol regulatory element-binding
protein-1c-dependent and –independent mechanism. J Biol Chem 279 (24): 25164-25171.
Shimano,H.
2009. SREBP: physiology and patophysiology of the SREBP family. FEBS J 276: 616-621.
Stanhope,K.L., Schwarz,J.M., Havel, P.J. 2009.
Consuming fructose-sweetened, notglucose-sweetened, beverages increases
visceral adiposity and lipids and decrease insulin sensitivity in overweight/
obese humans. J Clin Invest 119(5):
1322-1334
Tranchida,F.,
Leopold,T., Zo,R., Valerie,D., Olivier,R., Abel,H., 2012. Long-term high
fructose and saturated fat diet affects plasma fatty acids profile in rats. J Zhejiang Univ –Sci B 13(4): 307-317.
-
-
Thanks, info yg bermanfaat
BalasHapus