Tampilkan postingan dengan label ibu dan anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibu dan anak. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Februari 2023

Mengenal Sel HAMLET : Zat Anti Kanker dalam ASI

08.55 0
HAMLET (Human Alpha-lactalbumin Made LEthal to Tumor cells) adalah kompleks protein yang ditemukan dalam ASI (Air Susu Ibu). Protein ini diyakini dapat membantu melindungi bayi dari infeksi dan mencegah perkembangan kanker.



Sel HAMLET adalah sel yang terbentuk ketika protein HAMLET berikatan dengan asam lemak dalam ASI. Sel HAMLET diketahui memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya. Ini karena sel kanker memiliki permukaan sel yang berbeda dari sel normal, sehingga sel HAMLET dapat mengenali dan menyerang sel kanker secara spesifik.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sel HAMLET dalam ASI dapat membantu mencegah perkembangan kanker pada bayi dan orang dewasa. Dalam sebuah studi tahun 2004, peneliti menemukan bahwa sel HAMLET dapat menghancurkan sel kanker pada tikus tanpa mempengaruhi sel sehat di sekitarnya. Studi ini menunjukkan bahwa sel HAMLET memiliki potensi sebagai agen anti-kanker yang efektif.

Selain itu, sel HAMLET juga dapat membantu melindungi bayi dari infeksi dan membantu menguatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ASI yang mengandung sel HAMLET dapat membantu mencegah infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga, dan infeksi saluran pencernaan pada bayi.

Namun, perlu dicatat bahwa penelitian mengenai sel HAMLET masih tergolong baru dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami potensi dan manfaatnya secara lebih jelas. Meskipun begitu, ASI tetap dianggap sebagai makanan terbaik untuk bayi karena kandungan nutrisinya yang lengkap dan mudah dicerna.

Dalam mengonsumsi ASI, sebaiknya ibu menyusui mengikuti anjuran dokter atau ahli gizi mengenai cara menyusui dan jumlah ASI yang harus diberikan untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembang dengan baik.

Zat Anti Kanker Dalam ASI

08.32 0


ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan yang paling ideal dan paling alami untuk bayi baru lahir. Selain memberikan nutrisi yang lengkap dan seimbang untuk bayi, ASI juga mengandung zat-zat yang dapat membantu melindungi bayi dari berbagai penyakit, termasuk kanker. Berikut adalah beberapa zat anti kanker yang terdapat dalam ASI :


  1. Protein ASI mengandung protein yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, protein yang terkandung dalam ASI juga dapat membantu melindungi bayi dari kanker. Protein dalam ASI mengandung senyawa bioaktif yang dikenal sebagai laktoferin. Laktoferin telah terbukti memiliki efek antioksidan dan anti-kanker.
  2. Asam Lemak Omega-3 ASI mengandung asam lemak omega-3 yang merupakan lemak sehat yang dapat membantu mencegah kanker. Asam lemak omega-3 membantu mengurangi peradangan dalam tubuh dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 dalam ASI dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara pada ibu.
  3. Imunoglobulin ASI mengandung imunoglobulin yang dapat membantu melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. Imunoglobulin juga telah terbukti dapat membantu mencegah pertumbuhan sel-sel kanker. Immunoglobulin dalam ASI diantaranya IgA, IgG dan IgM.
Selain mengandung zat anti-kanker, ASI juga memberikan manfaat kesehatan lainnya, seperti meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu pencernaan, dan meningkatkan kesehatan otak. Oleh karena itu, disarankan untuk menyusui bayi selama mungkin dan memastikan bahwa bayi mendapatkan ASI yang cukup dan berkualitas.

Senin, 03 Juli 2017

Kenaikan Berat Badan Ideal Saat Hamil

21.24 0
Bunda yang sedang hamil pasti akan melakukan pengecekan berat badan setiap kali kontrol ke dokter atau klinik kesehatan. Beberapa mungkin dianjurkan untuk meningkatkan asupan makan karena berat badan belum sesuai dengan usia kehamilan. Atau bahkan Bunda diminta untuk mengurangi makanan tertentu karena kenaikan berat badan yang berlebih.

Kenaikan berat badan saat hamil sebaiknya memang terkontrol. Karena menurut penelitian, akan ada beberapa efek negatif dari kenaikan berat badan yang tidak sesuai standar. Pada tahun 2009, Institute of Medicine (IOM) atau sekarang lebih dikenal dengan National Academy of Medicine bersama dengan WHO mengeluarkan rekomendasi kenaikan berat badan kehamilan terbaru.

Rekomendasi ini dibagi berdasarkan berat badan awal ibu. Untuk  mengetahui kenaikan berat badan yang tepat untuk Anda, sebaiknya menghitung Indeks Massa Tubuh atau IMT terlebih dahulu. Yaitu menggunakan rumus :

Setelah dihitung, lalu coba cocokkan dengan kategori IMT menurut WHO ini :

Tabel Indeks Massa Tubuh Menurut WHO dan kriteria untuk Asia

Maka, kenaikan berat badan yang dianjurkan sesuai hasil perhitungan IMT tersebut dapat dilihat dalam tabel ini :

diadaptasi dari rekomendasi IOM tahun 2009

jadi jika sebelum hamil Bunda sudah memiliki berat badan yang ideal atau normal, maka kenaikan berat badan selama kehamilan yang dianjurkan natar 25-35 kg. Sebaliknya jika saat ini tergolong dalam overweight atau bahkan obes, maka kenaikan berat badan tidak perlu sebanyak wanita normal.


Referensi :
Kathleen M, Rasmussen, Patrick M. Catalano and Ann L. Yaktine. New Guidelines For Weight Gain During Pregnancy : What Obstetrician/gynecologists Should Know. Curr Opin Obstet Gynecol. 2009 Dec;21 (6): 521-526

Senin, 19 September 2016

Manfaat Kontak Kulit Ibu dan Bayi saat IMD

09.03 0
Setelah proses persalinan, sesuai anjuran WHO, harus segera dilakukan Inisiasi Menyusu Dini atau IMD. IMD dilakukan tentu dengan kondisi ibu dan bayi yang stabil secara medis. Proses IMD diyakini sangat penting untuk menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Selama IMD, ada sebuah proses yang sangat penting yaitu kontak kulit ibu dan bayi (skin to skin contact). Bahkan yang paling penting dalam IMD adalah proses skin to skin contact ini.  Karena bayi yang terlahir normal, memiliki insting untuk menyusu bahkan memiliki kemampuan untuk mencari dan menemukan payudara ibunya sendiri tanpa bantuan orang lain ketika dilakukan proses skin-to-skin.

Tak bisakah ditunda  skin-to-skin ini? 

Jika tidak ada kondisi medis yang menjadi penghalang baik ibu dan anak, maka petugas kesehatan wajib melakukan skin-to-skin segera setelah lahir, baik persalinan spontan (normal) maupun caesar. Karena momen ini hanyalah sekali seumur hidup, hanya ketika anak lahir dan keluar dari rahim sang ibu.

Sepenting apa skin-to-skin untuk bayi dan ibu?

  1. Menstabilkan Kondisi Bayi
    Kondisi bayi baru lahir bisa jadi tidak stabil, terutama bayi prematur. Treatment yang seringkali dilakukan adalah metode kanguru, ya skin-to-skin.  Proses ini bisa menstabilkan proses pernapasan dan oksigenasi bayi, meningkatkan kadar glukosa (menurunkan keadian hipoglikemia atau kekurangan gula darah), menghangatkan bayi sehingga mempertahankan suhu tubuh optimal, menurunkan hormon stress, dan menurunkan kejadian bayi menangis namun meningkatkan periode bayi terjaga sehingga proses menyusui bisa diberikan secara teratur.

  2. Meningkatkan Perkembangan Otak secara Optimal
    Otak manusia terlahir belum sempurna dan akan terus mengalami proses perkembangan setelah lahir. Allan Schore, PhD, seorang ahli neurobiologi dari University of California, Loas Angeles menemukan fakta yang sangat menarik antara hubungan sentuhan dengan perkembangan otak. Adalah amigdala, satu bagian otak yang terletak cukup dalam di tengah otak sebagai bagian dari sistem limbik dan berfungsi dalam proses regulasi emosi, memory dan aktivasi sistem syaraf simpatis. Menurut penelitiannya, perkembangan amigdala bisa distimualasi perkembangannya dengan proses skin-to-skin.

  3. Membuat Ibu Lebih Percaya Diri
    Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1970-1980 menunjukkan hasil yang berbeda antara ibu dan anak yang diberikan kesempatan melakukan skin-to-skin selama kurang lebih 15 meit dibandingkan dengan ibu yang hanya melihat anaknya dalam waktu singkat dan dipertemukan tiap 4 jam sekali untuk disusui. Setelah masa pemulihan selsai, ibu yang diberikan kesempatan melakukan skin-to-skin lebih percaya diri dan merasa nyaman untuk menggendong dan merawat bayinya dibandingkan ibu yang dipisahkan dengan anaknya, Tingginya kepercayaan ibu ini juga nantinya sangat diperlukan dalam proses menyusui dan merawat bayi di rumah.
     
  4. Meningkatkan Durasi Pemberian ASI
    Skin-to-skin bisa menstimulasi produksi hormon oksitosin yang berfungsi dalam proses pengeluaran ASI. Penelitian yang melibatkan sekitar 1250 anak selama 3 tahun sejak lahir menunjukkan adanya manfaat skin-to-skin dengan durasi menyusui. Dalam penelitian tersebut disebutkan adanya peningkatkan durasi secara keseluruhan sebanyak 1.43 bulan pada anak yang mendapatkan kontak kulit. 



Referensi

Minggu, 10 Juli 2016

Kurang Zat Besi Ganggu Perkembangan Otak Anak

23.51 0
Anemia defisiensi zat besi (ADB)  pada anak di Indonesia mencapai angka sekitar 40-45% menurut Suevei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007. Titik kritis asupan zat besi pada balita adalah saat usia 6-12 bulan. Karena pada usia ini, ASI sudah tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan zat besi untuk tumbuh kembang anak. Maka dibutuhkan MP-ASI yang tepat dan kaya zat besi seperti anjuran WHO.


Ya, salah satu poin penting yang ditekankan WHO dalam MP-ASI adalah adanya protein hewani dalam MP-ASI. Protein hewani lebih banyak mengandung zat besi dan memiliki daya serap atau bioavailabilitas yang lebih baik di tubuh manusia. Anemia defisiensi zat besi merupakan salah satu dampak dari kurangnya asupan zat besi, yang bisa mempengaruhi proses pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah. Selain itu, masih ada banyak manfaat zat besi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.


  1. Pertumbuhan Otak
    Kebutuhan zat besi sangat tinggi di usia satu tahun pertama. Kekurangan zat besi bisa mempengaruhi struktur otak bahkan bisa menyebabkan abnormalitas otak. Zat besi sangat esensial untuk neurogenesis (pembentukan neuron atau sel syaraf) dan diferensiasi region otak dan sel-sel otak yang khusus. Penggunaan zat besi untuk otak ini sangat esensial baik selama proses kehamilan maupaun setelah bayi lahir. Menggunakan kata esensial dalam istilah gizi artinya zat gizi tersebut tidak dapat digantikan oleh zat gizi lainnya.
  2. Kekebalan Tubuh
    Sebuah penelitian yang melibatkan anak yang menderita ADB berusia kurang dari 15 tahun dilakukan untuk melihat jumlah kadar zat kekebalan di dalam tubuh, khususnya melihat sel CD4+ dan rasio kadar CD4:CD8. Sebelum penelitian, anak yang mengalami ADB terlihat memiliki sel CD4+ dan sel T serta rasio 
    CD4:CD8 yang lebih rendah dibandingkan kelompol kontrol. Setelah diberi suplementasi zat besi selama 3 bulan dengan dosis 6 ml/kg/hari didapatkan hasil bahwa sel CD4+ dan rasio CD4:CD8 meningkat.


Referensi :

John L. Beard. (2008). Iron deficiency and infant development. J. Nutr. 138: 2534–2536, 2008
Das, I., Saha, K., Mukhopadhyay, D., Roy, S., Raychaudhuri, G., Chatterjee, M., & Mitra, P. K. (2014). Impact of iron deficiency anemia on cell-mediated and humoral immunity in children: A case control study. Journal of Natural Science, Biology, and Medicine5(1), 158–163. http://doi.org/10.4103/0976-9668.127317

Kamis, 31 Maret 2016

7 Prinsip Makanan Pendamping ASI Menurut WHO

18.21 0
Setelah memasuki usia 6 bulan, bayi sudah harus diperkenalkan makanan pendamping ASI karena pada usia ini ASI memenuhi ¾ dari kebutuhan energi sedangkan sisanya harus dipenuhi dari makanan pendamping ASI. Inilah salah satu periode yang penting karena sejak usia 6 bulan sampai 2 tahun yang dikenal dengan masa pertumbuhan, anak membutuhkan zat gizi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.

Karena saat ini adalah periode emas, jika terjadi masalah gizi, misalnya yang banyak terjadi saat ini adalah stunting (pendek), maka akan sulit kembali normal. Pada tahun 2013 angka kejadian stunting di Indonesia 37,2 %, kondisi ini meningkat dari tahun 2010 dengan kejadian stunting 35,6% (Riskesdas 2013). Data terakhir menunjukkan angka stunting di Indonesia menurun menjadi 29,2% (PSG, 2015). Walaupun demikian, praktik pemberian makanan pada bayi dan anak perlu mendapat perhatian serius agar trend kejadian stunting ini menurun.

Kondisi stunting bisa digambarkan oleh 3 hal berikut :
  1.             Anak pendek menurut umur
  2. .          Terjadi karena kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama
  3.             Tidak dapat kembali normal setelah usia 2 tahun

Oleh sebab itu, masa 2 tahun pertama kehidupan anak sangatlah penting untuk menghindarkan mereka dari kekurangan gizi. Kekurangan gizi yang lain dapat berupa anemia defisiensi besi (ADB). Kejadian ADB juga banyak dialami anak-anak. Sebenarnya pada usia 4 bulan pertama, bayi dianjurkan diberikan suplementasi zat besi karena cadangan zat besi dalam tubuh bayi semakin menurun. Ditambah lagi pada masa MP-ASI yang pertama kali, jika tidak memperkenalkan bahan makanan sumber zat besi bisa jadi anak akan mudah terkena ADB. Risiko jika anak mengalami ADB adalah  anak akan mudah lelah, letih, nafsu makan menurun atau berat badan sulit naik.
Dari manakah sumber zat besi yang baik? Sumber hewani adalah yang terbaik karena 15-20% dari bahan makanan hewani akan terserap dengan baik walaupun dimakan dalam jumlah sedikit, sementara zat besi dari sumber nabati (tumbuhan) hanya diserap 5% saja walaupun dimakan dalam jumlah banyak. Sehingga dapat dikatakan kualitas zat besi dari sumber hewani lebih baik dari nabati. Akan tetapi berprinsiplah untuk memberikan gizi seimbang dari bahan makanan lokal yang ada di sekitar.

MP-ASI Seimbang
Jika dulu ada konsep 4 sehat 5 sempurna, seakrang  ada istilah MP ASI 4 bintang. Jika dalam MP ASI si kecil ada bahan makanan sumber karbohidrat (makanan pokok) maka itu dinilai 1 bintang, jika ditambah lagi dengan sumber zat besi dari hewani akan mendapat tambahan 1 bintang lagi. Bahan makanan nabati (kacang-kacangan) akan dihargai 1 bintang dan terakhir jika ditambah dengan kelompok sayur dan buah maka lengkaplah MP ASI si kecil bertabur 4 bintang. Sehingga jangan ragu untuk memperkenalkan aneka bahan makanan di masa MP ASI awalnya.
Dalam memberikan MP-ASI yang berkualitas, Bunda sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip dasar yang direkomendasikan oleh WHO:
  1. Usia 
          MP ASI untuk anak usia 6 bulan pertama tentu berbeda dengan yang sudah berusia 1 tahun. Pada umumnya usia dalam pemberian MP ASI diklasifikasikan berdasarkan kelompok usia 6 bulan pertama, 7-9 bulan, 9-12 bulan dan 12-24 bulan.


  2. Frekuensi
    Frekuensi disini maksudnya seberapa sering harus memberikan MP ASI dalam sehari. Frekuensi MP ASI untuk usia 6 bulan pertama tentu berbeda dibandingkan usia anak yang lebih besar.
    Pada usia 6 bulan pertama dapat diberikan MP ASI 2-3x sehari dengan target pengenalan rasa.
    Usia 7-9 bulan dapat ditingkatkan menjadi 3x makan dengan 1-2 kali selingan. Pada usia 9-12 dan 12-24 bulan dapat diberikan 3-4 kali makan dengan selingan 1-2 kali sehari. Selingan dapat berupa buah, biskuit, bubur kacang hijau dll yang padat energi.

  3. Jumlah dalam sekali makan
         Ini yang harus menjadi perhatian bunda. Terkadang bunda yakin sudah memberikan makanan yang tepat sesuai umur anak. Akan tetapi yang sering dilupakan adalah seberapa banyak yang sebaiknya diberikan dalam sekali makan. So, bunda jangan lupa untuk menakar makanan si kecil ya untuk mengetahui apakah si kecil mendapat asupan makanan yang cukup.  

          Untuk usia 6 bulan pertama dapat diberikan 2-3 sendok makan MP ASI.
          Usia 7-9 bulan ditingkatkan perlahan hingga ½ mangkuk ukuran 250 ml
          Usia 9-12 mulai ½ mangkuk – ¾ mangkuk ukuran 250 ml
          Usia 12-24 bulan mulai ¾ mangkuk – 1 mangkuk ukuran 250 ml.


  4.  Tekstur/Konsistensi. 
    Mengapa tekstur penting? Jika terlambat menaikkan tekstur MP ASI si kecil dapat menjadi masalah dalam hal kemampuan si kecil menelan, proses tumbuh gigi atau pola kebiasaan makan yang kurang baik di masa datang. Tekstur juga berpengaruh pada kandungan energi dan zat gizi lain dari makanan tersebut. Satu mangkuk penuh bubur tepung tentu berbeda jauh energinya dengan semangkuk nasi misalnya. Atau semangkuk penuh bubur nasi yang encer tentu berbeda juga kandungan zat gizinya dengan semangkuk bubur nasi yang kental. MP ASI yang terlalu encer hanya akan membuat si kecil lebih cepat kenyang karena kandungan cairannya yang tinggi namun energinya lebih sedikit.

    Untuk usia 6 bulan pertama perkenalkanlah bubur kental.
    Usia 7-9 bulan berilah makanan yang dilumatkan, dapat juga diberikan makanan yang dipotong dan mudah untuk dipegang.
    Usia 9-12 bulan berilah makanan keluarga yang diiris/dipotong.
    Usia 12-24 bulan berilah makanan seperti yang dimakan keluarga tanpa harus ada pembedaan.


  5. Variasi. 
    Variasi disini maksudnya sama dengan prinsip 4 bintang seperti yang telah dijelaskan di atas. Agar riwayat makan si kecil dapat terpantau, membuat food diary (catatan makanan) yang dapat mengingatkan jenis bahan makanan penyebab alergi (alergen) terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat alergi sehingga bahan makanan ini dapat dihindarkan untuk diberikan pada si kecil.


  6. Kebersihan
    Kebersihan disini mencakup kebersihan diri (PHBS), kebersihan alat makan, kebersihan lingkungan, dan lain-lain. Hal ini penting untuk menjaga kemungkinan penyakit yang didapat karena makanan/lingkungan yang tidak bersih.


  7.  Pemberian makanan secara aktif/responsif  
    Pada poin ini mencakup ketelatenan/kesabaran dalam memberikan makanan kepada si kecil, terkadang ia mulai melepeh dan menyembur makanan yang diberikan. Namun, bukan berarti harus menyerah begitu saja untuk mencoba memberikan lagi. Atau pada masa GTM (gerakan tutup mulut) bukan berarti juga harus menyerah sampai di situ saja. Memberikan kesempatan kepada si kecil untuk makan sendiri dapat menjadi salah satu solusi. Ia biasanya sangat senang mengeksplore makanannya dengan belajar memasukkan sendiri ke mulut atau bahkan hanya membuatnya berserakan di lantai. Ini adalah proses belajar.

    http://www.nth.nhs.uk/content/uploads/2015/09/happy-mum-happy-baby.jpg
    Tetaplah berusaha memberikan makan dan upayakan untuk tidak membiarkan si kecil makan dalam jangka waktu yang lama. Berikan batas waktu misalnya 30 menit. Setelah itu sebaiknya tidak diberikan snack atau yang lainnya, biarkan ia merasakan sensasi lapar sehingga makananpun menjadi berharga baginya. Berlatihlah terus membentuk pola makan pada anak. Kebiasaan memberikan susu/snack sebelum makan hanya akan membuatnya kenyang walaupun tanpa diberikan makanan utama.

Gula dan Garam dalam MP-ASI

Ada hal menarik yang juga sebaiknya  diperhatikan yaitu pemberian tambahan gula dan garam pada MP ASI. Pada saat ini kasus penyakit yang tidak menular (non-communicable disease) seperti hipertensi, diabetes, jantung menunjukkan trend yang meningkat. Sebaiknya pemberian tambahan gula dan garam pada MP ASI ditunda.  Penundaan ini bertujuan agar si kecil mudah mengenali rasa asli dari bahan-bahan makanan yang telah  diperkenalkan.

Tundalah memberikan tambahan gula dan garam hingga anak berusia 1 tahun jika mampu. Pemberian gula yang dianjurkan oleh WHO kurang dari 10% dari total kebutuhan energi harian. Karena gula di beberapa bahan termasuk hidden sugar (gula tersembunyi) yang kadang jarang teridentifikasi oleh konsumen  maka bijaklah membaca label informasi nilai gizi di setiap kemasan makanan/minuman. Dalam hal penambahan gula pada makanan terutama untuk MP ASI dan makanan anak usia sekolah, beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia sudah sangat ketat untuk mencegah peningkatan kasus diabetes mellitus sejak dini.



Yuni Dwi Setiyawati, S.Gz. Dietitian



Referensi :
Mahan, L. Kattleen, Sylvia Escott-Stump, Janice L. Raymond. Food and Nutrition Care Process Ed. 13. 2012. Elsevier Inc.
Modul Pemberian Makan pada Bayi dan Anak. WHO.Infant and Young Child Feeding.February 2014 diakses dari www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en











Rabu, 16 Desember 2015

3 Cara Cegah Payudara Bengkak Selama Menyusui

19.42 0
Payudara bengkak umumnya terjadi di hari-hari pertama persalinan. Umumnya dialami ibu yang baru memiliki anak pertama, meski tidak menutup kemungkinan terjadi juga di anak kedua bahkan ketiga. Payudara bengkak yang tidak ditangani segera, bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah yang dikenal dengan mastitis atau peradangan payudara disertai demam karena terjadi infeksi. Meskipun demikian, tentu saja kondisi ini tidak serta merta menjadi penghalang pemberian ASI eksklusif.

courtesy of http://www.primehealthchannel.com
Beberapa tips mencegah payudara bengkak berikut ini sebaiknya dipelajari oleh calon ibu maupun yang sedang menanti persalinan. Semakin kita tahu, semakin kita bisa mencegah lebih dini. Pemberian ASI eksklusif pun bisa diberikan secara maksimal.

Sebab Payudara Bengkak
Payudara mulai memproduksi ASI dalam jumlah banyak pada hari kedua sampai kelima pasca persalinan. Karena sebelumnya, payudara memproduksi kolostrum terlebih dulu. Di awal-awal persalinan, payudara yang terlihat tidak besar dan 'penuh' pun sudah memproduksi ASI jenis kolostrum.

Setelah fase kolostrum selesai dan menuju fase pembentukan ASI yang utuh, sangat wajar dan normal jika payudara mulai terasa berat dan penuh. Payudara bisa menjadi bengkak jika ASI yang sudah banyak diproduksi ini tidak dikeluarkan secara kontinue dan optimal.

Mencegah Payudara Bengkak
  1. Menyusui sesering mungkin
    Berikan ASI kapanpun bayi merasa lapar. Kenali tanda-tanda lapar bayi seperti mencecap dan 'ngempeng' jari. Biasanya bayi akan memiliki waktu pola makan sendiri sekitar 1-3 jam. Kenali pola makan bayi Anda dengan baik.

  2. Menyusui secara tuntas
    ASI yang pertama kali keluar disebut dengan foremilk. ASI ini lebih banyak mengandung cairan yang bisa menghilangkan rasa haus bayi. Setelah fase foremilk adalah ASI hindmilk yang banyak mengandung lemak. Jika diperah, maka ASI hindmilk terlihat lebih kental sedangkan foremilk terlihat lebih jernih.

    Dalam proses menyusui, biarkan bayi menuntaskan menyusu di salah satu payudara. Tujuannya, agar bayi bisa mendapatkan ASI foremilk dan hindmilk. Jika bayi merasa cukup untuk menyusu di salah satu payudara, dia bisa melepaskan atau berhenti menyusu. Kemudian, Anda bisa mengganti di payudara yang lain.

    Jika bayi belum selesai sempurna menyusu di salah satu payudara, maka akan ada ASI yang masih tertinggal karena tidak dikeluarkan secara sempurna. Padahal, hisapan bayi akan merangsang tubuh untuk memproduksi ASI lagi. Jika kondisi ini terjadi berulang, bisa menyebabkan payudara bengkak.

  3. Posisi dan pelekatan yang tepat saat menyusui
    Pastikan bayi menyusu dengan posisi dan pelekatan yang tepat. Posisi dan pelekatan yang kurang tepat, membuat bayi tidak bisa menghisap payudara dengan sempurna, sehingga ASI yang bisa dikeluarkan pun tidak maksimal.


Referensi :
ABM Clinical Protocol #20: Engorgement. BREASTFEEDING MEDICINE Volume 4, Number 2, 2009
http://www.bfmed.org/Media/Files/Protocols/Protocol%2020%20-%20Engorgement%206-2009.pdf

Breast Engorgement. www.webmd.com

Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for Textbooks for Medical Students and Allied Health Professionals. WHO, 2009.

5 Cara Mengatasi Payudara Bengkak

14.32 0
Payudara bengkak bisa terjadi pada ibu di hari-hari pertama pasca persalinan. Payudara yang bengkak tidak saja akan membuat ibu merasa kurang nyaman, namun mmebuat bayi menjadi sulit bahkan tidak bisa menyusu langsung ke payudara. Payudara bengkak biasa terjadi pada hari ketiga sampai kelima pasca persalinan. Jika mendapatkan penanganan yang tepat, bisa berkurang dalam waktu 12-24 jam. Namun, jika tidak segera mendapat penanganan yang tepat, bisa berlanjut sampai hari ke 7-10. Kondisi ini bisa menganggu proses menyusui.

Apa yang dirasakan saat payudara bengkak?
Hal pertama yang dirasakan ketika payudara bengkak adalah, payudara terasa berat, keras dan terasa hangat. Payudara yang bengkak bisa terjadi di area areola maupun di keseluruhan payudara. Kondisi yang lebih parah bisa terjadi, yaitu payudara terasa sangat keras, sampai sampai puting tertarik ke belakang sehingga puting terlihat rata. Kemudian kulit terlihat kemerahan dan mengkilat.

5 Cara Mengaatasi Payudara Bengkak
Lalu, apa yang bisa dilakukan di rumah pertama kali jika ibu mengalami kondisi seperti ini ?
  1. Mandi air dan kompres air hangat
    Mandilah dengan air hangat sebelum menyusui. Mandi dengan air hangat bisa membuat ibu merasa nyaman, kondisi pikiran yang nyaman bisa memunculkan hormon oksitosin. Hormon yang memicu pengeluaran ASI dari payudara, atau dikenal dengan let-down reflex. Selain mandi, ibu juga bisa mengkompres hangat di area payudara sebelum menyusui.
  2. Terapi dengan kol atau kubis
    Belah kol menjadi dua, kemudian ambil bagian dalam kubis dan sisakan beberapa lembaran yang besar. Kemudian lubangi bagian pangkal kol sebagai area untuk puting. Letakkan kol di payudara selama sekitar 20 menit, atau sampai menjadi layu. Segera lepaskan kol ketika payudara sudah mulai terasa lebih nyaman. Lakukan terapi kol ini kurang dari 3x dalam sehari.
  3. Pijat payudara
    Pijat payudara yang dilakukan dilakukan dengan memijat dengan lembut dari arah dada menuju areola dan puting. Lakukan teknik ini sesaat sebelum menyusui sampai payudara terasa nyaman.
  4. Memerah ASI
    Perah ASI sedikit saja dengan menggunakan tangan, alat pompa dengan kecepatan paling rendah. Jika puting terlalu tegang sampai terlihat rata, lebih baik menggunakan teknik perah menggunakan tangan atau lekukan teknik reverse pressure softening. Jika payudara sudah terasa agak lunak dan nyaman, ibu bisa segera menyusui.
  5. Lakukan teknik 'reverse pressure softening' (RPS)Tujuan teknik RPS adalah untuk mendorong sejumlah cairan dalam jaringan yang ada di bawah puting dan areola kembali ke payudara. Kondisi ini terjadi karena sebelum bengkak terlihat, akan ada penumpukan cairan intersisial sekitar 30%. Cairan ini bukan ASI, dan tidak akan bercampur dengan ASI sehingga tidak akan terminum bayi.
    Ada beberapa cara dalam teknik RPS ini :
    • Teknik two handed, one step



    Potong kuku. Letakkan tiga ujung jari kanan dan kiri dengan jari tingan disamping puting. Jari telunjuk dan jari manis masing masing tepat di atas dan dibawah puting. Tekan dengan pelan dan lembut menuju arah dada.

    • Teknik two handed, two step

      Letakkan 3 dan 2 jari di areola. Buku jari pertama menyentuh puting lalu pijat, tekan ke arah payudara. Lakukan teknik ini di area areola di atas dan bawah puting.

    • Teknik two thumbs. two steps


      Letakkan dua jempol di samping puting, pijat pelan dan lakukan memutar diatas dan bawah puting.


      Jika ibu merasa kurang nyaman melakukan teknik ini sendirian, bisa meminta tolong kepada konselor laktasi. Ibu bisa melakukan teknik ini dengan posiis duduk, jika terasa sangat kencang, teknik ini bisa dilakukan sambil berbaring.


    Referensi :

    Engorgement. Australian Breastfeeding Association
    Engorgement. Kelly Bonyata, BS, IBCLC
    Engorgement. International Breastfeeding Centre