Tampilkan postingan dengan label Event. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Event. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 November 2015

Short Course Gizi Optimalisasi Peran Nutrisionis Dalam Surveilans Gizi

07.24 0




Short Course Gizi Optimalisasi Peran Nutrisionis Dalam Surveilans Gizi


Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan Surveilans Gizi. Pelatihan ini cocok untuk  Anda :
  • Nutrisionis di lingkungan Puskesmas maupun Dinas Kesehatan
  • Dosen dan instruktur gizi masyarakat
  • Pengelola program gizi dan ketahanan pangan
  • Mahasiswa (D4/S1, S2) Gizi
Investasi acara ini hanya Rp. 750.000

Waktu dan Tempat 
Kamis - Sabtu : 19 - 21 November 2015
Tempat : Hotel Inna Garuda Yogyakarta

Pendaftaran melalui Sms/Whatsapp/Telepon
Almira Sitasari (0877 3897 7846)
Elin Karlina (0819 0402 8400)


Kamis, 01 Oktober 2015

Mencetak Konselor Spesialis Makanan Bayi dan Anak

10.05 3
cortesy of Pelatihan AIMI

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas SDM yang berkualitas. Investasi SDM ini sangat penting diperhatikan sejak dini, karenanya perhatian khusus terhadap kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu sorotan tajam. Bahkan dalam pencapaian MDGs, ada tiga hal utama yang menyangkut keadaan ini, yaitu capaian menurunkan angka kematian bayi, memperbaiki kesehatan ibu dan mencegah penularan penyakit seperti HIV.


Perhatian dalam bidang pemberian gizi dan makanan yang tepat untuk anak pun sudah mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia sejak tahun 2013. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 42, Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang difokuskan pada Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Gerakan ini telah dipelopori sejak tahun 2010 terutama oleh negara-negara yang memiliki masalah gizi. Beberapa negara berkembang seperti Nepal, Ghana dan Bangladesh telah berkomitmen dengan gerakan 1000 HPK ini sejak tahun 2011.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa organisasi nirlaba yang juga terus mengkampanyekan pentingnya pemberian makan yang tepat bagi bayi dan anak. Salah satunya adalah AIMI atau Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia.. AIMI secara rutin mengadakan kelas-kelas khusus tentang pemberian ASI, makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan makananan anak bawah dua tahun (baduta) yang diperuntukkan bagi orangtua. AIMI juga secara rutin menyelenggarakan training konselor menyusui untuk mendukung dan membantu para ibu memberikan ASI secara eksklusif.

Suasana Kelas
(courtesy of pelatihan AIMI)
Mengingat pentingnya gerakan 1000 HPK ini, AIMI bekerja sama dengan International Baby Food Action (IBFAN) ASIA dan Breastfeeding Promotion Network of India (BPNI) untuk menyelenggarakan ' The '4 in 1' Infant and Young Child Feeding Counseling (IYCF) (integrated breasfeeding, complementary feeding, infant feeding and HIV counseling and Growth Monitoring) selama 7 hari di Sidoarjo, Jawa Timur. Training ini pun menjadi sangat spesial karena mendatangkan ketua IBFAN, Prof (Dr) K.P Kushwaha. Kali ini tim redaksi Nourish Magz, Hastrin Hositanisita, S.Gz berkesempatan menjadi salah satu peserta. Yuk initip keseruan acara ini



The 4 in 1 IYCF Training pertama di Asia Tenggara

Selain dipimpin langsung oleh ketua BPNI, Prof. KP Kushwaha, training 4 in 1 ini juga sangat spesial karena baru pertama kali diselenggarakan di wilayah Asia Tenggara. Kegiatan yang dimulai dari tanggal 14-20 September ini diikuti oleh 19 peserta berasal dari perwakilan anggota AIMI seluruh Indonesia dengan berbagai profesi seperti dokter umum, dokter gigi, psikolog dan ahli gizi. Dokter dan bidan yang bekerja di RS pemerintah maupun swasta di area Surabaya dan Sidoarjo juga turut dalam kegiatan ini.


courtesy of Mia Deazi
Training IYCF ini bertujuan untuk mencetak counseling specialist  dalam bidang pemberian makan bayi dan anak. Para peserta diberi bekal teori ilmu sekaigus praktik konseling dan praktik lapangan dalam 4 hal utama : pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI), pemberian makanan untuk bayi dengan ibu HIV dan monitoring pertumbuhan. Training ini diadopsi dari 3 modul training terstandar WHO/UNICEF yaitu training konseling ASI, pemberian makanan bayi dan anak dan makanan untuk bayi dengan HIV.

Selama 7 hari peserta training tidak hanya diberikan teori, namun juga praktik di lapangan. Secara teknis, peserta diberi bekal teori di hari pertama kemudian terjun ke lapangan di hari berikutnya. Dalam 7 hari training, peserta mendapatkan kesempatan 5 kali praktik lapangan dengan kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didampingi oleh satu fasilitator/trainer. Panitia menunjuk satu rumah sakit umum dan swasta yaitu RSUD Sidoarjo dan RS Siti Hajar Sidoarjo.

Bayi minum ASI perah memakai gelas
(courtesy of Noe Irianty)
ASI, Nutrisi Terbaik untuk Bangsa yang Lebih Baik

Sudah tidak terbantahkan lagi jika ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada satu jenis makanan pun yang bisa menggantikan kualitas dan manfaatnya. Meski demikian, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam satu jam pertama kelahiran, cakupan pemberian ASI secara eksklusif, atau memberikan ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan masih saja memiiki tantangan di masyarakat.

Para peserta selain dibekali teori tentang pentingnya IMD dan ASI eksklusif juga diajak untuk menganalisis permasalahan dalam hal pemberian ASI. Payudara bengkak, ASI dirasa sedikit, puting sakit, bayi menolak ASI, bagaimana memerah dan menyimpan ASI sampai mitos-mitos dalam hal pemberian ASI pun dibahas. Tak hanya itu, peserta juga dibekali teknik konseling menyusui, sebuah proses komunikasi dua arah yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami permasalah yang dihadapi setiap ibu menyusui dan kemudian membantunya untuk membuat keputusan atas apa yang dihadapinya.

Dalam praktik di lapangan, peserta mendapatkan fakta riil bahwa masih ada beberapa petugas kesehatan yang belum 100% memberikan dukungan terhadap pemberian ASI, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peserta juga mendapat tantangan khusus, terutama dalam hal mitos pemberian ASI ketika ibu sakit dan ibu yang melahirkan secara operasi caesar.



MP-ASI dan Cara Pemberian Makan Anak


Praktik Klinik
(courtesy of Hastrin)
Masa setelah usia 6 bulan, bayi  sebaiknya segera dikenalkan dengan makanan tambahan. Pada usia ini, ASI sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Hanya saja,  sering ditemui pemberian MP-ASI yang belum sesuai standar pada masa ini, hasilnya pertumbuhan anak menurun. Karenanya pemberian MP ASI sesuai standar emas WHO amat penting untuk diketahui oleh setiap ibu.

Selama praktik di lapangan, peserta banyak menemui anak yang memiliki berat badan tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan dan berat badan yang tidak sesuai dengan usia. Dari hasil analisis secara umum, didapatkan proporsi, frekuensi dan konsistensi makanan yang belum sesuai.

Konsep makan, tidak hanya untuk memenuhi aspek nutrisi. Menurut Prof. KP Kushwaha, pemberian makan kepada anak juga harus diberikan dengan cara yang tepat serta komunikasi yang baik. Anak seharusnya bisa menikmati dan mengetahui fungsi dan alasan makanan yang dikonsumsinya. Proses ini disebut dengan responsive feeding, sehingga kasus anak menolak atau sulit makan bisa dicegah dan disolusikan dengan baik.
Jumlah dan konsistensi MP-ASI
(courtesy of Echa)

ASI dari Ibu HIV Positif, Bisakah?


Suasana Kelas
(courtesy of Mia Sutanto)
Salah satu target WHO dalam MDGs poin ke-6 adalah melawan HIV dan penyakit menular lainnya. Indonesia sendiri sebagai negara berkembang juga menghadapi kenyataan semakin meningkatnya angka penderita HIV/AIDS. Data yang didapat oleh Kementerian Kesehatan, tahun 2012 di Indonesia ada 591.823 orang yang hidup dengan HIV (ODHA).

Bayi dengan ibu positiv HIV sangat rentan untuk tertular. Karenanya WHO telah menyiapkan beberapa langkah untuk mencegah penularan HIV langsung dari ibu ke anak. Salah satu faktor krusial dari bayi dengan HIV positif adalah kontroversi pemberian ASI. ASI ditengarai mengandung virus, di sisi lain, ASI juga mengandung semua zat terbaik yang dibutuhkan bayi.

Dalam menghadapi situasi ini, peserta diberikan bekal untuk bisa memberikan pilihan terbaik makanan bayi bagi ibu dengan HIV. Peserta juga dilatih untuk mampu berikan empati dan mengetahui apa yang dibutuhkan seorang ibu dengan kondisi positiv HIV.


Meraih Ilmu dan Merajut Persahabatan


Melewati masa training 7 hari dengan durasi sekitar 8-10 jam dalam satu hari sudah pasti melelahkan. Dengan intensitas yang tinggi ini, peserta dan juga trainer beserta panitia pun mampu merajut tali persahabatan yang erat. Semua peserta menyadari bahwa training ini hanyalah langkah awal. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana terus mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Prof KP pun menekankan bahwa semua peserta yang ikut dalam training 4 in 1 pertama di Indonesia ini adalah manusia pilihan Tuhan, Allah SWT. Maka, kesempatan yang telah diberikan pun sebaiknya tidak disia-siakan. Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya di setiap lini baik di lingkup keluarga, komunitas kecil maupun yang lebih mengglobal.


Salam ASI!!




Hastrin Hositanisita, S.Gz

situs terkait

www.aimi-asi.org
www.ibfan.org
www.ibfanasia.org




Pojok Laktasi di poli anak RSUD Sidoarjo
(courtesy of Farahdiba)


Trainer dan Course Director
((courtesy of Farahdiba)

Minggu, 30 Agustus 2015

Menjadi Leader Kesehatan Masa Depan

13.53 0
Masalah kesehatan di negara berkembang seeperti Indonesia dan ASEAN seakan tak ada habisnya. Butuh banyak usaha dan juga para leader di bidang kesehatan untuk menciptakan suatu kondisi kesehatan yang ideal. Begitu kompleksnya masalah kesehatan yang dihadapi saat ini, tentu saja membutukan sinergi yang harmonis dengan aspek pendukung kesehatan lainnya. Kondisi kesehatan seara global tidak lagi hanya berurusan dengan faktor 'kesehatan' semata. Namun juga dipengaruhi oleh suplai makanan, kondisi iklim, kondisi lingkungan  bahkan kebijakan pemerintah. 

Kiranya itulah yang menjadi landasan kegiatan Global Health True Leader yang dilaksanakan secara rutin oleh Indonesia One Health University Network (Indohun). Kali ini, salah satu tim redaksi NourishMagz, Yuni Dwi Setyawati berkesempatan untuk mengkuti program ini.

Mengusung tema “Live in Border Area”, pagelaran acara “Global Health True Leaders” batch 5 kali ini berupaya menanamkan rasa cinta tanah air dan memperkuat kerjasama multidisiplin ilmu untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia khususnya dan secara global pada umumnya. Kegiatan yang berlangsung selama 6 hari dimulai pada tanggal 19-25 Agustus 2015 di Pontianak ini berupaya menanamkan konsep “One Health”, bahwa tidak hanya satu pihak saja yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah kesehatan di muka bumi ini karena konsep One Health yang terdiri atas 3 komponen yaitu human, animals dan environment saling mempengaruhi satu sama lain.

Kegawatdaruratan pada penyakit zoonotic (penyakit yang disebabkan oleh binatang atau ditransmisi melalui hewan) menjadi tantangan kesehatan dan ekonomi di seluruh dunia. Patogen pada manusia, 60%-nya berasal dari binatang dan 75% merupakan kegawatdaruratan yang dapat ditransmisi ke manusia. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijakan dan program untuk mengatasi masalah penyakit zoonotic antara bidang kedokteran, pertanian dan peternakan, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan.

Kalimantan Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang beberapa wilayahnya berbatasan langsung dengan negara tetangga memiliki kerentanan terkena dampak munculnya penyakit zoonotic dan communicable diseases (penyakit-penyakit infeksi yang ditransmisi melalui binatang) lainnya. Maka, sudah seharusnya konsep One Health ini menjadi dasar dalam penanggulangan masalah kesehatan yang muncul ini.

kegiatan penyuntian vaksin hewan ternak
Para generasi penerus yang akan berjuang di ranah kesehatan haruslah memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga mampu menyelaraskan antara masalah dengan alternatif solusi yang akan ditempuh. Para dokter/tenaga medis (dokter umum, dokter gigi, dokter hewan), ahli farmasi, ahli gizi, ahli epidemiologi, perawat, dan tenaga kesehatan terkait lainnya haruslah menerapkan nilai yang komprehensif meliputi :
  1. Kemampuan universal (spritual, keindahan, komunitas, keberagaman, tolong-menolong, keadilan, kesatuan, alami, bijak)
  2. Kebajikan (kontribusi, kerjasama, persahabatan, kejujuran, cinta, loyal, makna, pelayanan, kerja tim, kepercayaan)
  3. Tradisi (kewajiban, keyakinan, kesabaran, pertengahan, keharusan, peduli, kedisiplinan)
  4. Keamanan (afiliasi, keluarga, kesehatan, terprediksi, stabil, struktur)
  5. Kekuatan (kepemilikan, kontrol, pendapatan tinggi, mempengaruhi, kepemimpinan, pengenalan, status)
  6. Rasa ingin tahu (petualangan, kebahagiaan, kesenangan, suka tantangan, bervariasi)
  7. Pencapaian (tantangan, kemampuan, kompetisi, tanggung jawab)
  8. Aktualisasi diri (ekspresionis, otonomi, seimbang, kreativitas, rasa ingin tahu, pengetahuan, belajar, kebebasan waktu).

Kegiatan Global Health True Leaders (GHTL) ini diselenggarakan  oleh Indohun (Indonesia One Health University Network) yang beranggotakan  fakultas-fakultas kedokteran di beberapa universitas di  Indonesia. Prof. Wiku Adi Sasmito, DVM, M.Sc, Ph.d selaku founding father kegiatan GHTL ini seklaigus pimpinan Indohun berupaya untuk menggembleng generasi muda memiliki jiwa One Health.  

Para mahasiswa, professional, NGO yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia diperkenankan untuk mengikuti kegiatan ini untuk mewujudkan kerjasama multidisiplin serta meningkatkan kapasitas membangun dalam konsep One Health. Selaian lingkup Indonesia, One Health University Network juga terdapat di lingkup negara-negara ASEAN dengan nama yang berbeda-beda (Thailand dengan nama THOHUN, Malaysia dengan nama MYOHUN, Vietnam dengan nama VOHUN dan SEAHUN di lingkup negara ASEAN). Secara aktif organisasi-organisasi ini melakukan kegiatan di negara masing-masing dengan tetap mengusung kesatuan untuk menyelesaikan masalah regional dan global.

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada GHTL ini yaitu kegiatan dalam gedung selama 4 hari dan kegiatan luar gedung selama 2 hari memberikan efek yang luar biasa bagi para peserta untuk menerapkan ilmu yang didapat di kehidupan nyata.


Training indoor bersifat klasikal yang diikuti dengan role play serta latihan yang disiapkan panitia untuk melatih peserta menjadi lebih tangguh. Sedangkan kegiatan outdor difokuskan di balai desa Mekarsari kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya dengan pembagian peserta menjadi 2 tim besar untuk melakukan kegiatan di masyarakat dan sekolah-sekolah.

Seusai kegiatan GHTL, peserta dan panitia tidak semata berhenti berkontribusi. Namun, ilmu yang sudah didapatkan selama 1 pekan training ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi rekan kerja atau rekan lain sesama mahasiswa untuk selanjutnya dapat direalisasikan menjadi sebuah kegiatan berkelanjutan. Semua alumni tergabung dalam sebuah komunitas untuk terus barbagi dan memberi warna untuk Indonesia tercinta.
Bagi para mahasiswa, professional muda dan NGO diberikan pula kesempatan untuk mengajukan proposal pada Indohun dengan tema pemberdayaan masyarakat, penelitian, dan penyampaian aspirasi  yang sesuai dengan nilai dan tujuan yang diusung oleh Indohun. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi website Indohun, www.indohun.org.

Selamat berkarya!


Yuni Dwi Setyawani, S.Gz, Dietisien