Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Desember 2015

5 Langkah Menurunkan Risiko Penularan HIV Selama Menyusui

19.12 0

pic by momjunction.com

Memberikan ASI untuk bayi dengan ibu positif HIV sangat penting dan sudah direkomendasikan WHO. Meskipun demikian, masih ada potensi bagi bayi untuk tertulas HIV selama menyusui meskipun prosentasenya lebih kecil dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI. 

UNICEF merekomendasikan 5 langkah penting untuk menurunkan risiko penularan HIV pada bayi selama menyusui. 

-         Durasi Menyusui yang lebih pendek
Durasi menyusui yang lebih pendek pada bayi dengan risiko terinfeksi HIV lebih efektif daripada menyusui dengan durasi lebih lama. Menyusui selama 6 bulan berisiko 1/3 kali terinfeksi HIV dibandingkan menyusui selama 2 tahun.

-         ASI Eksklusif
Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama dan juga hari-hari pertama kelahiran sangat penting. Bayi akan mendapatkan kolostrum, cairan super yang berisi zat kekebalan tubuh sebagai pertahanan pertama tubuh bayi. Penelitian di Durban, Afrika Selatan menunjukkan bahwa ASI eksklusif selama 3 bulan pertama memiliki risiko penularan yang lebih rendah penularan dari ibu ke bayi daripada pemberian ASI yang dicampur dengan makanan lain seperti air putih.

-         Pencegahan dan Solusi Kelainan Payudara
Posisi  dan pelekatan saat menyusui yang tepat sangat membantu mencegah terjadinya luka pada payudara seperti putting lecet bahkan mastitis atau pembengkakan payudara. ASI mengandung beberapa zat imunologi aktif yang bisa mencegah penularan virus dari ibu ke bayi. Jadi, potensi penularan HIV ke bayi bisa jadi disebabkan virus yang ada di dalam darah ibu yang masuk ke dalam tubuh bayi karena putting lecet. Mempelajajari teknik menyusui yang tepat sangat penting dilakukan sejak sebelum hamil. Anda bisa menghubungi konselor menyusui di puskesmas, klinik bersalin, rumah sakit maupun organisasi non-profit yang mendukung ibu menyusui seperti AIMI.

-          Mencegah infeksi HIV selama proses menyusui
Kita tidak pernah bisa tahu darimana virus HIV bisa berada dalam tubuh sesorang. Hanya saja, pertumbuhan virus pada ibu akan menjadi lebih tinggi sesaat setelah terjadi infeksi baru. Maka mencegah dan menjaga diri dari potensi tertular HIV kapanpun itu adalah sangat penting.

-          Penanganan dini pada masalah kesehatan mulut bayi
Selain kondisi kesehatan payudara, kondisi mulut bayi pun perlu dicek secara berkala. Luka sekecil apapun pada area mulut bayi bisa memudahkan virus masuk ke dalam tubuh.


Hastrin Hositanisita, S.Gz 

referensi

HIV and Infant Feeding. UNICEF.org
Breastmilk Seems To kill HIV.
PLoS Pathogens, DOI: 10.1371/journal.ppat.1002732







Kamis, 01 Oktober 2015

Mencetak Konselor Spesialis Makanan Bayi dan Anak

10.05 3
cortesy of Pelatihan AIMI

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas SDM yang berkualitas. Investasi SDM ini sangat penting diperhatikan sejak dini, karenanya perhatian khusus terhadap kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu sorotan tajam. Bahkan dalam pencapaian MDGs, ada tiga hal utama yang menyangkut keadaan ini, yaitu capaian menurunkan angka kematian bayi, memperbaiki kesehatan ibu dan mencegah penularan penyakit seperti HIV.


Perhatian dalam bidang pemberian gizi dan makanan yang tepat untuk anak pun sudah mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia sejak tahun 2013. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 42, Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang difokuskan pada Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Gerakan ini telah dipelopori sejak tahun 2010 terutama oleh negara-negara yang memiliki masalah gizi. Beberapa negara berkembang seperti Nepal, Ghana dan Bangladesh telah berkomitmen dengan gerakan 1000 HPK ini sejak tahun 2011.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa organisasi nirlaba yang juga terus mengkampanyekan pentingnya pemberian makan yang tepat bagi bayi dan anak. Salah satunya adalah AIMI atau Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia.. AIMI secara rutin mengadakan kelas-kelas khusus tentang pemberian ASI, makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan makananan anak bawah dua tahun (baduta) yang diperuntukkan bagi orangtua. AIMI juga secara rutin menyelenggarakan training konselor menyusui untuk mendukung dan membantu para ibu memberikan ASI secara eksklusif.

Suasana Kelas
(courtesy of pelatihan AIMI)
Mengingat pentingnya gerakan 1000 HPK ini, AIMI bekerja sama dengan International Baby Food Action (IBFAN) ASIA dan Breastfeeding Promotion Network of India (BPNI) untuk menyelenggarakan ' The '4 in 1' Infant and Young Child Feeding Counseling (IYCF) (integrated breasfeeding, complementary feeding, infant feeding and HIV counseling and Growth Monitoring) selama 7 hari di Sidoarjo, Jawa Timur. Training ini pun menjadi sangat spesial karena mendatangkan ketua IBFAN, Prof (Dr) K.P Kushwaha. Kali ini tim redaksi Nourish Magz, Hastrin Hositanisita, S.Gz berkesempatan menjadi salah satu peserta. Yuk initip keseruan acara ini



The 4 in 1 IYCF Training pertama di Asia Tenggara

Selain dipimpin langsung oleh ketua BPNI, Prof. KP Kushwaha, training 4 in 1 ini juga sangat spesial karena baru pertama kali diselenggarakan di wilayah Asia Tenggara. Kegiatan yang dimulai dari tanggal 14-20 September ini diikuti oleh 19 peserta berasal dari perwakilan anggota AIMI seluruh Indonesia dengan berbagai profesi seperti dokter umum, dokter gigi, psikolog dan ahli gizi. Dokter dan bidan yang bekerja di RS pemerintah maupun swasta di area Surabaya dan Sidoarjo juga turut dalam kegiatan ini.


courtesy of Mia Deazi
Training IYCF ini bertujuan untuk mencetak counseling specialist  dalam bidang pemberian makan bayi dan anak. Para peserta diberi bekal teori ilmu sekaigus praktik konseling dan praktik lapangan dalam 4 hal utama : pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI), pemberian makanan untuk bayi dengan ibu HIV dan monitoring pertumbuhan. Training ini diadopsi dari 3 modul training terstandar WHO/UNICEF yaitu training konseling ASI, pemberian makanan bayi dan anak dan makanan untuk bayi dengan HIV.

Selama 7 hari peserta training tidak hanya diberikan teori, namun juga praktik di lapangan. Secara teknis, peserta diberi bekal teori di hari pertama kemudian terjun ke lapangan di hari berikutnya. Dalam 7 hari training, peserta mendapatkan kesempatan 5 kali praktik lapangan dengan kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didampingi oleh satu fasilitator/trainer. Panitia menunjuk satu rumah sakit umum dan swasta yaitu RSUD Sidoarjo dan RS Siti Hajar Sidoarjo.

Bayi minum ASI perah memakai gelas
(courtesy of Noe Irianty)
ASI, Nutrisi Terbaik untuk Bangsa yang Lebih Baik

Sudah tidak terbantahkan lagi jika ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada satu jenis makanan pun yang bisa menggantikan kualitas dan manfaatnya. Meski demikian, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam satu jam pertama kelahiran, cakupan pemberian ASI secara eksklusif, atau memberikan ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan masih saja memiiki tantangan di masyarakat.

Para peserta selain dibekali teori tentang pentingnya IMD dan ASI eksklusif juga diajak untuk menganalisis permasalahan dalam hal pemberian ASI. Payudara bengkak, ASI dirasa sedikit, puting sakit, bayi menolak ASI, bagaimana memerah dan menyimpan ASI sampai mitos-mitos dalam hal pemberian ASI pun dibahas. Tak hanya itu, peserta juga dibekali teknik konseling menyusui, sebuah proses komunikasi dua arah yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami permasalah yang dihadapi setiap ibu menyusui dan kemudian membantunya untuk membuat keputusan atas apa yang dihadapinya.

Dalam praktik di lapangan, peserta mendapatkan fakta riil bahwa masih ada beberapa petugas kesehatan yang belum 100% memberikan dukungan terhadap pemberian ASI, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peserta juga mendapat tantangan khusus, terutama dalam hal mitos pemberian ASI ketika ibu sakit dan ibu yang melahirkan secara operasi caesar.



MP-ASI dan Cara Pemberian Makan Anak


Praktik Klinik
(courtesy of Hastrin)
Masa setelah usia 6 bulan, bayi  sebaiknya segera dikenalkan dengan makanan tambahan. Pada usia ini, ASI sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Hanya saja,  sering ditemui pemberian MP-ASI yang belum sesuai standar pada masa ini, hasilnya pertumbuhan anak menurun. Karenanya pemberian MP ASI sesuai standar emas WHO amat penting untuk diketahui oleh setiap ibu.

Selama praktik di lapangan, peserta banyak menemui anak yang memiliki berat badan tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan dan berat badan yang tidak sesuai dengan usia. Dari hasil analisis secara umum, didapatkan proporsi, frekuensi dan konsistensi makanan yang belum sesuai.

Konsep makan, tidak hanya untuk memenuhi aspek nutrisi. Menurut Prof. KP Kushwaha, pemberian makan kepada anak juga harus diberikan dengan cara yang tepat serta komunikasi yang baik. Anak seharusnya bisa menikmati dan mengetahui fungsi dan alasan makanan yang dikonsumsinya. Proses ini disebut dengan responsive feeding, sehingga kasus anak menolak atau sulit makan bisa dicegah dan disolusikan dengan baik.
Jumlah dan konsistensi MP-ASI
(courtesy of Echa)

ASI dari Ibu HIV Positif, Bisakah?


Suasana Kelas
(courtesy of Mia Sutanto)
Salah satu target WHO dalam MDGs poin ke-6 adalah melawan HIV dan penyakit menular lainnya. Indonesia sendiri sebagai negara berkembang juga menghadapi kenyataan semakin meningkatnya angka penderita HIV/AIDS. Data yang didapat oleh Kementerian Kesehatan, tahun 2012 di Indonesia ada 591.823 orang yang hidup dengan HIV (ODHA).

Bayi dengan ibu positiv HIV sangat rentan untuk tertular. Karenanya WHO telah menyiapkan beberapa langkah untuk mencegah penularan HIV langsung dari ibu ke anak. Salah satu faktor krusial dari bayi dengan HIV positif adalah kontroversi pemberian ASI. ASI ditengarai mengandung virus, di sisi lain, ASI juga mengandung semua zat terbaik yang dibutuhkan bayi.

Dalam menghadapi situasi ini, peserta diberikan bekal untuk bisa memberikan pilihan terbaik makanan bayi bagi ibu dengan HIV. Peserta juga dilatih untuk mampu berikan empati dan mengetahui apa yang dibutuhkan seorang ibu dengan kondisi positiv HIV.


Meraih Ilmu dan Merajut Persahabatan


Melewati masa training 7 hari dengan durasi sekitar 8-10 jam dalam satu hari sudah pasti melelahkan. Dengan intensitas yang tinggi ini, peserta dan juga trainer beserta panitia pun mampu merajut tali persahabatan yang erat. Semua peserta menyadari bahwa training ini hanyalah langkah awal. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana terus mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Prof KP pun menekankan bahwa semua peserta yang ikut dalam training 4 in 1 pertama di Indonesia ini adalah manusia pilihan Tuhan, Allah SWT. Maka, kesempatan yang telah diberikan pun sebaiknya tidak disia-siakan. Peserta diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya di setiap lini baik di lingkup keluarga, komunitas kecil maupun yang lebih mengglobal.


Salam ASI!!




Hastrin Hositanisita, S.Gz

situs terkait

www.aimi-asi.org
www.ibfan.org
www.ibfanasia.org




Pojok Laktasi di poli anak RSUD Sidoarjo
(courtesy of Farahdiba)


Trainer dan Course Director
((courtesy of Farahdiba)

Minggu, 30 Agustus 2015

Menjadi Leader Kesehatan Masa Depan

13.53 0
Masalah kesehatan di negara berkembang seeperti Indonesia dan ASEAN seakan tak ada habisnya. Butuh banyak usaha dan juga para leader di bidang kesehatan untuk menciptakan suatu kondisi kesehatan yang ideal. Begitu kompleksnya masalah kesehatan yang dihadapi saat ini, tentu saja membutukan sinergi yang harmonis dengan aspek pendukung kesehatan lainnya. Kondisi kesehatan seara global tidak lagi hanya berurusan dengan faktor 'kesehatan' semata. Namun juga dipengaruhi oleh suplai makanan, kondisi iklim, kondisi lingkungan  bahkan kebijakan pemerintah. 

Kiranya itulah yang menjadi landasan kegiatan Global Health True Leader yang dilaksanakan secara rutin oleh Indonesia One Health University Network (Indohun). Kali ini, salah satu tim redaksi NourishMagz, Yuni Dwi Setyawati berkesempatan untuk mengkuti program ini.

Mengusung tema “Live in Border Area”, pagelaran acara “Global Health True Leaders” batch 5 kali ini berupaya menanamkan rasa cinta tanah air dan memperkuat kerjasama multidisiplin ilmu untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia khususnya dan secara global pada umumnya. Kegiatan yang berlangsung selama 6 hari dimulai pada tanggal 19-25 Agustus 2015 di Pontianak ini berupaya menanamkan konsep “One Health”, bahwa tidak hanya satu pihak saja yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah kesehatan di muka bumi ini karena konsep One Health yang terdiri atas 3 komponen yaitu human, animals dan environment saling mempengaruhi satu sama lain.

Kegawatdaruratan pada penyakit zoonotic (penyakit yang disebabkan oleh binatang atau ditransmisi melalui hewan) menjadi tantangan kesehatan dan ekonomi di seluruh dunia. Patogen pada manusia, 60%-nya berasal dari binatang dan 75% merupakan kegawatdaruratan yang dapat ditransmisi ke manusia. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijakan dan program untuk mengatasi masalah penyakit zoonotic antara bidang kedokteran, pertanian dan peternakan, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan.

Kalimantan Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang beberapa wilayahnya berbatasan langsung dengan negara tetangga memiliki kerentanan terkena dampak munculnya penyakit zoonotic dan communicable diseases (penyakit-penyakit infeksi yang ditransmisi melalui binatang) lainnya. Maka, sudah seharusnya konsep One Health ini menjadi dasar dalam penanggulangan masalah kesehatan yang muncul ini.

kegiatan penyuntian vaksin hewan ternak
Para generasi penerus yang akan berjuang di ranah kesehatan haruslah memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga mampu menyelaraskan antara masalah dengan alternatif solusi yang akan ditempuh. Para dokter/tenaga medis (dokter umum, dokter gigi, dokter hewan), ahli farmasi, ahli gizi, ahli epidemiologi, perawat, dan tenaga kesehatan terkait lainnya haruslah menerapkan nilai yang komprehensif meliputi :
  1. Kemampuan universal (spritual, keindahan, komunitas, keberagaman, tolong-menolong, keadilan, kesatuan, alami, bijak)
  2. Kebajikan (kontribusi, kerjasama, persahabatan, kejujuran, cinta, loyal, makna, pelayanan, kerja tim, kepercayaan)
  3. Tradisi (kewajiban, keyakinan, kesabaran, pertengahan, keharusan, peduli, kedisiplinan)
  4. Keamanan (afiliasi, keluarga, kesehatan, terprediksi, stabil, struktur)
  5. Kekuatan (kepemilikan, kontrol, pendapatan tinggi, mempengaruhi, kepemimpinan, pengenalan, status)
  6. Rasa ingin tahu (petualangan, kebahagiaan, kesenangan, suka tantangan, bervariasi)
  7. Pencapaian (tantangan, kemampuan, kompetisi, tanggung jawab)
  8. Aktualisasi diri (ekspresionis, otonomi, seimbang, kreativitas, rasa ingin tahu, pengetahuan, belajar, kebebasan waktu).

Kegiatan Global Health True Leaders (GHTL) ini diselenggarakan  oleh Indohun (Indonesia One Health University Network) yang beranggotakan  fakultas-fakultas kedokteran di beberapa universitas di  Indonesia. Prof. Wiku Adi Sasmito, DVM, M.Sc, Ph.d selaku founding father kegiatan GHTL ini seklaigus pimpinan Indohun berupaya untuk menggembleng generasi muda memiliki jiwa One Health.  

Para mahasiswa, professional, NGO yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia diperkenankan untuk mengikuti kegiatan ini untuk mewujudkan kerjasama multidisiplin serta meningkatkan kapasitas membangun dalam konsep One Health. Selaian lingkup Indonesia, One Health University Network juga terdapat di lingkup negara-negara ASEAN dengan nama yang berbeda-beda (Thailand dengan nama THOHUN, Malaysia dengan nama MYOHUN, Vietnam dengan nama VOHUN dan SEAHUN di lingkup negara ASEAN). Secara aktif organisasi-organisasi ini melakukan kegiatan di negara masing-masing dengan tetap mengusung kesatuan untuk menyelesaikan masalah regional dan global.

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada GHTL ini yaitu kegiatan dalam gedung selama 4 hari dan kegiatan luar gedung selama 2 hari memberikan efek yang luar biasa bagi para peserta untuk menerapkan ilmu yang didapat di kehidupan nyata.


Training indoor bersifat klasikal yang diikuti dengan role play serta latihan yang disiapkan panitia untuk melatih peserta menjadi lebih tangguh. Sedangkan kegiatan outdor difokuskan di balai desa Mekarsari kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya dengan pembagian peserta menjadi 2 tim besar untuk melakukan kegiatan di masyarakat dan sekolah-sekolah.

Seusai kegiatan GHTL, peserta dan panitia tidak semata berhenti berkontribusi. Namun, ilmu yang sudah didapatkan selama 1 pekan training ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi rekan kerja atau rekan lain sesama mahasiswa untuk selanjutnya dapat direalisasikan menjadi sebuah kegiatan berkelanjutan. Semua alumni tergabung dalam sebuah komunitas untuk terus barbagi dan memberi warna untuk Indonesia tercinta.
Bagi para mahasiswa, professional muda dan NGO diberikan pula kesempatan untuk mengajukan proposal pada Indohun dengan tema pemberdayaan masyarakat, penelitian, dan penyampaian aspirasi  yang sesuai dengan nilai dan tujuan yang diusung oleh Indohun. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi website Indohun, www.indohun.org.

Selamat berkarya!


Yuni Dwi Setyawani, S.Gz, Dietisien

Senin, 24 Agustus 2015

Pekan ASI Sedunia : Ayo Menyusui Dan Bekerja

14.08 0
Tahun ini, tepat 70 tahun sudah Indonesia dianugerahi kebebasan untuk berdaulat. Bulan Agustus tidak hanya spesial bagi bangsa Indonesia karena merayakan hari kemerdekaan. Hari ASI sedunia atau dikenal dengan istilah World Breastfeeding Week (WBW) pun diperingati di bulan Agustus selama sepekan, 1-7 Agustus. Tahun ini adalah peringatan ke 23 WBW sejak pertama kali diperingati tahun 1992 lalu.



Sejarah World Breastfeeding Week
Masalah menyusi menjadi isu yang sangat diperhatikan oleh WHO. Berbagai permasalah seputar menyusui juga dihadapi oleh negara maju maupun berkembang. Ide diluncurkannya WBW merupakan implementasi dari Deklarasi Innocenti tahun 1990. Pertemuan yang diselenggarakan di bangunan bersejarah Spedale degle Innocenti di Florence Italia tanggal 30 Juli - 1 Agustus, dan dihadiri para pemegang kebijakan dawi WHO dan UNICEF menjadi cikal bakal gerakan massif mempromosikan ASI dan menyusui.

Spedale degli Innocenti
Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa menyusui adalah sebuah proses yang memiliki beberapa manfaat penting diantaranya: 1) memberikan nutrisi yang ideal untuk bayi, 2) mendukung perkembangan dan pertumbuhan bayi yang sehat; 3) menurunkan kejadian penyakit infeksi sehingga menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi, 4) berkontribusi untuk kesehatan wanita terutama menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium; 5) memberikan manfaat positif terhadap kondisi sosial dan ekonomi keluarga juga negara. Deklarasi Innocenti juga menganjurkan penundaan pemberian makanan tambahan setelah bayi diberikan ASI saja selama 4 atau 6 bulan. Kebijakan ini pada akhirnya direvisi menjadi ASI eksklusif selama 6 bulan.

Beberapa organisasi maupun perorangan yang tergabung dalam World Alliance Breastfeeding Actions (WABA) mengadakan pertemuan dengan pihak UNICEF dan mengusulkan diadakannya Hari ASI Sedunia. Pada akhirnya, hasil diskusi antara WABA dan UNICEF menyepakati hari ASI sedunia diselenggarakan selama satu pekan dengan alasan akan lebih efektif dalam mengkampanyekan pemberian ASI. pada akhirnya WBW diperingati pertama kali tanggal 1 Agustus 1992 dan 70 negara berpartisipasi dalam peluncuran WBW perdana ini. Saat ini hampir 140 negara telah berpartisipasi dengan WBW dan secara khusus, WHO meluncrkan tema khusus setiap tahunnya untuk mencapai kesepakatan pada Deklarasi Innocenti.

Breastfeeding and Work, Let’s Make It Work

Menyusui adalah proses yang sangat kompleks dan keberhasilan memberikan ASI eksklusif adalah tantangan, terutama bagi ibu yang bekerja. Mulai dari cuti melahirkan yang hanya 3 bulan, sampai dengan jam kerja, jarak, waktu serta tanggungjawab ganda yang dihadapi oleh ibu bekerja.

Tahun 2015, secara khusus WHO dan WABA mengkampanyekan menyusui bagi ibu bekerja. WABA menyebut kata bekerja tidak hanya untuk ibu yang bekerja di luar rumah. Dukungan menysuusi juga harus diberikan untuk ibu yang bekerja di sektor formal, non formal, bekerja di rumah baik dibayar maupun tidak, tenaga kontrak, dan lainnya. Semua gerakan ini tentu saja dimaksudkan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas bayi namun juga ibu. Bahkan manfaat menyusui eksklusif juga akan dirasakan oleh perusahaan tempat sang ibu beekerja.

Bentuk Dukungan Perusahaan Untuk Ibu Menyusui

Bagi perusahaan WHO menyarankan beberapa pilihan untuk mendukung ibu bekerja :
  • Tetap memberikan gaji bagi ibu melahirkan
  • Menyediakan ruangan untuk memerah ASI di kantor
  • Menyediakan tempat penitipan anak atau daycare di kantor
  • Waktu bekerja yang fleksibel
  • Mengizinkan ibu untuk membawa bayi bekerja
  • Bekerja paruh waktu

    Manfaat Pemberian Dukungan ASI bagi Perusahaan
Meskipun beberapa pilihan tersebut dirasa cukup memberatkan bagi perusahaan, sebenarnya perusahaan yang mendukung penuh proses menyusui bagi pekerjanya akan mendapatkan banyak manfaat. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada banyak manfaat bagi perusahaan jika memberikan dukungan penuh kepada pekerjanya yang menyusui :

  1. Menurunkan Angka Absensi
    Ya. Ibu yang bisa memberikan ASI dengan sempurna akan lebih jarang absen bekerja. Tentu saja karena bayi yang diberikan ASI akan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat dibandingkan diberikan susu formula. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Health Promotion tahun 1995, ibu yang absen bekerja untuk merawat bayinya yang sakit 3x lebih sering terjadi jika anak diberikan makanan lain selain ASI. 

  2. Meningkatkan Keuntungan Perusahaan
    Siapa sangka dengan memberikan hak kepada ibu untuk menyusui sepenuhnya justeru memberikan keuntungan secara finansial bagi perusahaan. Terutama karena banyaknya pekerja yang kembali bekerja setelah cuti persalinan karena perusahaan memberikan dukungan untuk menyusui. Bisa mempertahankan karyawan yang berpengalaman akan menurunkan biaya untuk rekrutmen dan training untuk karyawan baru.
  3. Meningkatkan Produktivitas dan Loyalitas
    Apa yang Anda pikirkan tentang sebuah perusahaan yang memberikan jaminan dan dukungan penuh bagi karyawan wanitanya untuk menyusui? Anda pasti akan semakin betah dan nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan yang memberikan support menyusui untuk karyawannya terbukti akan meningkatkan produktivitas dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. 











Referensi :

http://worldbreastfeedingweek.net/webpages/intro01.html

Business Benefits. Supporting your breastfeeding employees saves money http://www.bfw.org.nz/Business-Benefits_332.aspx



Minggu, 16 Agustus 2015

Awas Bahaya Gula Jagung Dalam Makanan

01.32 1

Apakah anda termasuk  orang yang selalu membaca label makanan saat membeli produk makanan atau minuman dalam kemasan? Pernahkah anda memperhatikan berapa gula yang masuk dalam tubuh bila anda mengkonsumsi produk tersebut? Beberapa produsen makanan atau minuman menyebutkan penggunaan kata ‘sukrosadalam kandungan gizi produknya. Sebagian besar produk seringkali hanya menyebut gula.


Antara Gula, Sukrosa dan Fruktosa
Gula dalam terminologi ilmu gizi termasuk bagian dari karbohidrat. Ada beberapa jenis karbohidrat/ sakarida yaitu karbohidrat komplek (polisakarida: nasi, roti, gandum), disakarida dan karbohidrat sederhana (monosakarida). Glukosa, fruktosa dan galaktosa adalah jenis-jenis dari monosakarida.
Glukosa yang didapatkan secara bebas di alam dalam jumlah sedikit yaitu dalam sayur, buah, sirup jagung. Fruktosa biasa juga disebut gula buah karena memang banyak terdapat pada buah-buahan dan madu. Sedangkan galaktosa tidak terdapat bebas di alam dan hanya terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
Menurut tingkat kemanisannya, fruktosa adalah gula yang paling manis dibanding glukosa dan galaktosa. Bila dibuat skala perbandingan diantara gula sederhana ini maka fruktosa tingkat kemanisannya 1,7 sedangkan sukrosa adalah 1 dan galaktosa 0,6 dibanding sukrosa. Sukrosa merupakan salah satu jenis disakarida yang biasa dikonsumsi secara luas dan dikenal sebagai gula pasir.

Gula Dalam Industri Makanan
Beberapa jenis gula ini menjadi salah satu bahan tambahan dalam industry makanan yang membuat cita rasa menjadi lebih lezat. Sebut saja minuman teh kemasan yang beredar sangat banyak di Indonesia. Pada umumnya, pasti menambahkan gula dalam bentuk sukrosa atau gula pasir sebagai pemikat lidah para konsumen.
Selain gula sukrosa, pada industri makanan dan minuman sudah umum dikenal penggunaan fruktosa sebagai pemanis dalam bentuk high corn fructose syrup  (HFCS). HFCS merupakan sirup jagung yang telah mengalami proses enzimatis sehingga dapat meningkatkan kandungan fruktosa.
HFCS dibuat dari substrat pati jagung dan enzim isomerase yang dapat merubah glukosa dalam pati jagung menjadi fruktosa. Beberapa produk HFCS antara lain HFCS 90, HFCS 55 dan HFCS 45. Angka 90, 55 atau 45 menunjukkan prosentase fruktosa dalam HFCS. Misalkan HFCS 90 berarti mengandung 90% fruktosa dan sisanya adalah glukosa. HFCS 55 memiliki kandungan fruktosa dan glukosa yang sama dengan sukrosa (disakarida yang biasanya terdapat pada gula pasir). HFCS 55 biasa digunakan dalam pembuatan softdrink. Sedangkan HFCS 45 memiliki tingkat kemanisan paling rendah dan banyak digunakan untuk perisa buah atau minuman non karbonasi.

Mengapa Menggunakan HFCS?
Pertimbangan secara industri penggunaan HFCS ini sangat menguntungkan  karena sumber jagung yang melimpah membuat harganya menjadi lebih murah dibandingkan menggunakan jenis gula lain. Selain itu HFCS mudah dicampur karena berbentuk cair dan memiliki masa simpanyang lebih lama. Dalam jumlah yang sedikit HFCS dapat memberikan tingkat kemanisan yang maksimal dalam produk makanan atau minuman.

HFCS dan Kesehatan
Belakangan ini para pakar kesehatan di seluruh dunia menyeru dengan keras bahaya konsumsi gula berlebih. Bahkan WHO pun telah mengeluarkan peraturan dan anjuran khusus terkait asupan gula baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Artinya, konsumsi gula yang tidak tepat tentu menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi kesehatan, meskipun untung secara komersial .
Lalu, bagaimana pertimbangan konsumsi HFCS dari segi kesehatan? Banyak penelitian mengemukakan konsumsi fruktosa yang berasal HFCS dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya sindroma metabolik. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala gangguan metabolisme dalam tubuh dan menyebabkan beberapa kondisi seperti obesitas, peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) hingga resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes melitus, abnormalitas profil lipid/ dislipidemia (kenaikan kadar trigliserida, kolesterol dan LDL serta penurunan HDL) dan juga hipertensi.
HFCS dan Dislipidemia
Secara molekuler kondisi ini disebabkan karena fruktosa bersifat sangat lipogenik, artinya fruktosa dapat menyebabkan tubuh mengaktifkan gen-gen yang membentuk lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Trigliserida yang berlebihan dapat memicu pembentukan lemak dalam jaringan adiposa sehingga menyebabkan kegemukan. Peningkatan trigliserida selanjutnya akan meningkatkan kadar LDL dalam darah. Kondisi dislipidemia ini meningkatkan resiko penyakit jantung koroner yang disebabkan penimbunan plak yang terbentuk dari lemak dalam pembuluh darah jantung.
HFCS dan Diabetes
Konsumsi HFCS dalam jumlah besar diketahui mengganggu jalur sinyal insulin sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin adalah suatu kondisi dimana insulin tidak dapat mengangkut gula darah ke dalam sel sehingga kadar gula dalam darah naik. Kadar gula yang tinggi juga memicu pembentukan lemak dalam tubuh, menyebabkan dislipidemia dan selanjutnya jantung koroner hingga kematian mendadak.

Nyatanya  Fruktosa ada Di Dalam Buah dan Madu, So..
Fruktosa yang kita dapatkan secara alami di dalam buah dan madu memiliki jumlah yang sedikit sehingga tidak akan memiliki efek yang sama dibanding fruktosa dalam HFCS. Buah banyak mengandung air, serat dan kepadatan energi yang rendah. Buah-buahan hanya butuh waktu sebentar untuk dikunyah dan cepat sekali membuat kita merasa kenyang. Hampir tidak mungkin terjadi kelebihan konsumsi fruktosa yang berasal dari buah.
Madu mengandung 82% gula dan separuhnya (sekitar 40%) adalah fruktosa. Menurut beberapa penelitian madu hanya sedikit sekali meningkatkan kadar gula darah dibanding glukosa dan sukrosa. Madu juga dapat menurunkan C-Reactive protein yaitu salah penanda terjadi inflamasi misalkan akibat infeksi yang terjadi dalam tubuh. Madu diketahui pula dapat menurunkan kadar LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL. Madu juga kaya antioksidan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan dan menurukan faktor resiko terhadap suatu penyakit.
Apa saya sebaiknya mengkonsumsi madu? Jawabannya adalah sangat tergantung pada kondisi anda. Apabila anda orang yang sehat, aktif dan tidak sedang menurunkan berat badan maka madu tidaklah berbahaya dan nampaknya memberikan dampak negatif yang lebih sedikit dibanding konsumsi gula. Namun bila anda kegemukan, menderita diabetes dan sedang berjuang dengan pengaturan makanan sumber karbohidrat dan fruktosa maka sebaiknya madu dihindari saja. Keep healthy, readers


  -Cleonara Yanuar Dini, M.Sc., Dietisien-


Referensi:

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Astrup, A., Finer,N., 2000. Redefining type 2 diabetes: ‘diabesity’ or ‘obesity dependent diabetes mellitus’?. Obes Rev 1(2):57-59.
Bantle,J.P., Raatz.,S.K., Thomas,W., Georgopoulos., 2000.  Effects of dietary fructose on plasma lipid in healthy subjects. Am J Clin Nutr 72: 1128-34
Basciano,H., Federico, L., Adeli,K., 2005. Fructose, insulin resistance, and metabolic dyslipidemia. Nutr Metab 2 (1): 5.
Bray, George A., 2007. How bad is fructose. Am J Clin Nutr 86: 895-6
Dekker MJ, Su Q, Baker C, Rutledge AC, Adeli K. 2010.  Fructose: a highly lipogenic nutrient implicated in insulin resistance, hepatic steatosis, and the metabolic syndrome. AJP Endocrinol Metab 299: 685-694.
Elliot,S.S., Keim, N.L., Stern,J.S., Teff,K., Havel,P.J., 2002. Fructose, weight gain and the insulin resistance syndrome. Am J Clin Nutr 76: 911-22
Johnson, R.J., Segal., M.S., Sautin,Y., Nakagawa,T., Feig,D.I., Kang,D., Gersh,M.C., Benner,S., Lozada,L.G., 2007. Potential role of sugar (fructose) in the epidemic of hypertension, obesity and the metabolic syndrome, diabetes, kydney disease, and cardiovascular disease. Am J Clin Nutr 86: 899-906.
Matsuzaka,T., Shimano,H., 2013. Insulin –dependent and –independent regulation of sterol regulatory element binding protein-1c. J Diab Invest 4(5): 411-412.
Miyazaki,M., Dobrzyn,A., Man, W.C., Chu,K., Sampath,H., Kim,H.J., 2004. Stearoyl-CoA desaturase 1 gene expression is necessary for fructose mediated induction of lipogenic gene expression by sterol regulatory element-binding protein-1c-dependent and –independent mechanism. J Biol Chem 279 (24): 25164-25171.
Shimano,H. 2009. SREBP: physiology and patophysiology of the SREBP family. FEBS J 276: 616-621.
Stanhope,K.L., Schwarz,J.M., Havel, P.J. 2009. Consuming fructose-sweetened, notglucose-sweetened, beverages increases visceral adiposity and lipids and decrease insulin sensitivity in overweight/ obese humans. J Clin Invest 119(5): 1322-1334
Tranchida,F., Leopold,T., Zo,R., Valerie,D., Olivier,R., Abel,H., 2012. Long-term high fructose and saturated fat diet affects plasma fatty acids profile in rats. J Zhejiang Univ –Sci B 13(4): 307-317.





-           


-