Tampilkan postingan dengan label Slider. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Slider. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 April 2016

Risiko Kesehatan Kemasan Plastik Mengandung Bisphenol A (BPA)

02.38 0
BPA atau Bisphenol A merupakan salah satu zat kimia yang banyak digunakan untuk membuat plastik jenis polycarbonate dan epoxy resins. DI pasaran plasitk jenis polycarbonate dijumpai dengan kodel '7' atau '7-other'. Sedangkan epoxy resin digunakan untuk melapisi kaleng makanan.


Plastik yang mengandung Bisphenol A (BPA) menjadi perhatian khusus bagi banyak pihak akhir-akhir ini. Perhatian akan produk plastik dengan BPA menguat setelah pada tahun 2003-2004 ditemukan tingginya kadar BPA pada urine sample. Penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) atas prakarsa Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan 93% kadar BPA pada urine 2517 sample usia 6 tahun atau lebih.

Apa saja dampak kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh produk-produk yang mengandung BPA?

  1. Infertilitas pada wanita

    Kadar BPA yang tinggi ternyata banyak ditemukan pada pasien dengan keluhan infertilitas. Penelitian yang dilakukan terhadap 121 pasien ifertilitas di Brigham and Women’s Hospital ini menunjukkan beberapa fakta bahwa paparan terhadap BPA menyebabkan beberapa masalah dengan perkembangan dan pematangan sel telur. Kondisi ini memicu penurunan jumlah sel telur yang matang. Pada sel telur yang matang pun, akan menunjukkan aktivitas kromosom yang berbeda. Lebih lanjut, peneliti menjelaskan bahwa jika sel telur dengan kondisi seperti ini dibuahi maka akan sulit untuk berkembang, jika berkembang akan menjadi individu dengan kromosom yang abnormal.
  2. Impotensi pada Pria
    Penelitian yang dilakuan selama 5 tahun di China dan telah telah diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction menyimpulkan bahwa paparan BPA yang sangat tinggi bisa berdampak buruk pada disfungsi seksual pada pria.
    Dr De-Kun Li selaku peneliti utama memang menyatakan bahwa paparan BPA pada subjek penelitian ini memang sangat tinggi. Karena subjek merupakan orang-orang yang bekerja di pabrik yang menggunakan produk BPA. Jadi perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai seberapa besar jumlah minimal paparan BPA sehingga bisa dikatakan dalam batas yang aman. Namun yang perlu diingat adalah, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengungkap adanya efek buruk BPA terhadap kesehatan seksual pria. 

  3. Diabetes dan Jantung
    Sebuah Survey Kesehatan dan Nutrisi Nasional di Amerika (NHANES) tahun 2003-2004 dengan melibatkan 1456 sample berusi 18 - 74 tahun mengukur kadar BPA dalam urin sampel. Setelah dilakukan kontrol terhadap bberapa faktor seperti usia dan jenis kelamin, konsentrasi BPA ditemukan lebih tinggi pada subjek yang didiagnosa penyakit jantung pe,buluh darah dan diabetes. 
    Partisipan survey yang memiliki kadar 25% BPA lebih tinggi memiliki potensi untuk terkena penyakit jantung pembuluh dari 3 kali dan 2.5 kali diabetes dibandingkan dengan partisipan dengan kadar BPA 25% paling rendah

Sampai sekarang, penelitian akan efek BPA terhadap kesehatan masih berlanjut. Produk yang mengandung BPA juga masih banyak ditemui. Hal ini karena paparan BPA terhadap tubuh bisa jadi tidak begitu banyak dibandingkan paparan BPA yang dilakukan dalam penelitian. Namun, kita tetap perlu waspada mengingat saat ini lebih banyak makanan kemasan yang dikonsumsi dibandingkan non-kemasan. 




Referensi :

Ronit Machtinger, Catherine M.h. Combelles, Stacey A. Missmer, Katharine F. Correia, Paige Williams, Russ Hauser, and Catherine Racowsky. Bisphenol-A and human oocyte maturation in vitro.Human Reproduction, 2013 DOI: 10.1093/humrep/det312

National Toxicology Program. Bisphenol A (BPA). https://www.niehs.nih.gov/health/assets/docs_a_e/bisphenol_a_bpa_508.pdf

Kamis, 31 Maret 2016

7 Prinsip Makanan Pendamping ASI Menurut WHO

18.21 0
Setelah memasuki usia 6 bulan, bayi sudah harus diperkenalkan makanan pendamping ASI karena pada usia ini ASI memenuhi ¾ dari kebutuhan energi sedangkan sisanya harus dipenuhi dari makanan pendamping ASI. Inilah salah satu periode yang penting karena sejak usia 6 bulan sampai 2 tahun yang dikenal dengan masa pertumbuhan, anak membutuhkan zat gizi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.

Karena saat ini adalah periode emas, jika terjadi masalah gizi, misalnya yang banyak terjadi saat ini adalah stunting (pendek), maka akan sulit kembali normal. Pada tahun 2013 angka kejadian stunting di Indonesia 37,2 %, kondisi ini meningkat dari tahun 2010 dengan kejadian stunting 35,6% (Riskesdas 2013). Data terakhir menunjukkan angka stunting di Indonesia menurun menjadi 29,2% (PSG, 2015). Walaupun demikian, praktik pemberian makanan pada bayi dan anak perlu mendapat perhatian serius agar trend kejadian stunting ini menurun.

Kondisi stunting bisa digambarkan oleh 3 hal berikut :
  1.             Anak pendek menurut umur
  2. .          Terjadi karena kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama
  3.             Tidak dapat kembali normal setelah usia 2 tahun

Oleh sebab itu, masa 2 tahun pertama kehidupan anak sangatlah penting untuk menghindarkan mereka dari kekurangan gizi. Kekurangan gizi yang lain dapat berupa anemia defisiensi besi (ADB). Kejadian ADB juga banyak dialami anak-anak. Sebenarnya pada usia 4 bulan pertama, bayi dianjurkan diberikan suplementasi zat besi karena cadangan zat besi dalam tubuh bayi semakin menurun. Ditambah lagi pada masa MP-ASI yang pertama kali, jika tidak memperkenalkan bahan makanan sumber zat besi bisa jadi anak akan mudah terkena ADB. Risiko jika anak mengalami ADB adalah  anak akan mudah lelah, letih, nafsu makan menurun atau berat badan sulit naik.
Dari manakah sumber zat besi yang baik? Sumber hewani adalah yang terbaik karena 15-20% dari bahan makanan hewani akan terserap dengan baik walaupun dimakan dalam jumlah sedikit, sementara zat besi dari sumber nabati (tumbuhan) hanya diserap 5% saja walaupun dimakan dalam jumlah banyak. Sehingga dapat dikatakan kualitas zat besi dari sumber hewani lebih baik dari nabati. Akan tetapi berprinsiplah untuk memberikan gizi seimbang dari bahan makanan lokal yang ada di sekitar.

MP-ASI Seimbang
Jika dulu ada konsep 4 sehat 5 sempurna, seakrang  ada istilah MP ASI 4 bintang. Jika dalam MP ASI si kecil ada bahan makanan sumber karbohidrat (makanan pokok) maka itu dinilai 1 bintang, jika ditambah lagi dengan sumber zat besi dari hewani akan mendapat tambahan 1 bintang lagi. Bahan makanan nabati (kacang-kacangan) akan dihargai 1 bintang dan terakhir jika ditambah dengan kelompok sayur dan buah maka lengkaplah MP ASI si kecil bertabur 4 bintang. Sehingga jangan ragu untuk memperkenalkan aneka bahan makanan di masa MP ASI awalnya.
Dalam memberikan MP-ASI yang berkualitas, Bunda sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip dasar yang direkomendasikan oleh WHO:
  1. Usia 
          MP ASI untuk anak usia 6 bulan pertama tentu berbeda dengan yang sudah berusia 1 tahun. Pada umumnya usia dalam pemberian MP ASI diklasifikasikan berdasarkan kelompok usia 6 bulan pertama, 7-9 bulan, 9-12 bulan dan 12-24 bulan.


  2. Frekuensi
    Frekuensi disini maksudnya seberapa sering harus memberikan MP ASI dalam sehari. Frekuensi MP ASI untuk usia 6 bulan pertama tentu berbeda dibandingkan usia anak yang lebih besar.
    Pada usia 6 bulan pertama dapat diberikan MP ASI 2-3x sehari dengan target pengenalan rasa.
    Usia 7-9 bulan dapat ditingkatkan menjadi 3x makan dengan 1-2 kali selingan. Pada usia 9-12 dan 12-24 bulan dapat diberikan 3-4 kali makan dengan selingan 1-2 kali sehari. Selingan dapat berupa buah, biskuit, bubur kacang hijau dll yang padat energi.

  3. Jumlah dalam sekali makan
         Ini yang harus menjadi perhatian bunda. Terkadang bunda yakin sudah memberikan makanan yang tepat sesuai umur anak. Akan tetapi yang sering dilupakan adalah seberapa banyak yang sebaiknya diberikan dalam sekali makan. So, bunda jangan lupa untuk menakar makanan si kecil ya untuk mengetahui apakah si kecil mendapat asupan makanan yang cukup.  

          Untuk usia 6 bulan pertama dapat diberikan 2-3 sendok makan MP ASI.
          Usia 7-9 bulan ditingkatkan perlahan hingga ½ mangkuk ukuran 250 ml
          Usia 9-12 mulai ½ mangkuk – ¾ mangkuk ukuran 250 ml
          Usia 12-24 bulan mulai ¾ mangkuk – 1 mangkuk ukuran 250 ml.


  4.  Tekstur/Konsistensi. 
    Mengapa tekstur penting? Jika terlambat menaikkan tekstur MP ASI si kecil dapat menjadi masalah dalam hal kemampuan si kecil menelan, proses tumbuh gigi atau pola kebiasaan makan yang kurang baik di masa datang. Tekstur juga berpengaruh pada kandungan energi dan zat gizi lain dari makanan tersebut. Satu mangkuk penuh bubur tepung tentu berbeda jauh energinya dengan semangkuk nasi misalnya. Atau semangkuk penuh bubur nasi yang encer tentu berbeda juga kandungan zat gizinya dengan semangkuk bubur nasi yang kental. MP ASI yang terlalu encer hanya akan membuat si kecil lebih cepat kenyang karena kandungan cairannya yang tinggi namun energinya lebih sedikit.

    Untuk usia 6 bulan pertama perkenalkanlah bubur kental.
    Usia 7-9 bulan berilah makanan yang dilumatkan, dapat juga diberikan makanan yang dipotong dan mudah untuk dipegang.
    Usia 9-12 bulan berilah makanan keluarga yang diiris/dipotong.
    Usia 12-24 bulan berilah makanan seperti yang dimakan keluarga tanpa harus ada pembedaan.


  5. Variasi. 
    Variasi disini maksudnya sama dengan prinsip 4 bintang seperti yang telah dijelaskan di atas. Agar riwayat makan si kecil dapat terpantau, membuat food diary (catatan makanan) yang dapat mengingatkan jenis bahan makanan penyebab alergi (alergen) terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat alergi sehingga bahan makanan ini dapat dihindarkan untuk diberikan pada si kecil.


  6. Kebersihan
    Kebersihan disini mencakup kebersihan diri (PHBS), kebersihan alat makan, kebersihan lingkungan, dan lain-lain. Hal ini penting untuk menjaga kemungkinan penyakit yang didapat karena makanan/lingkungan yang tidak bersih.


  7.  Pemberian makanan secara aktif/responsif  
    Pada poin ini mencakup ketelatenan/kesabaran dalam memberikan makanan kepada si kecil, terkadang ia mulai melepeh dan menyembur makanan yang diberikan. Namun, bukan berarti harus menyerah begitu saja untuk mencoba memberikan lagi. Atau pada masa GTM (gerakan tutup mulut) bukan berarti juga harus menyerah sampai di situ saja. Memberikan kesempatan kepada si kecil untuk makan sendiri dapat menjadi salah satu solusi. Ia biasanya sangat senang mengeksplore makanannya dengan belajar memasukkan sendiri ke mulut atau bahkan hanya membuatnya berserakan di lantai. Ini adalah proses belajar.

    http://www.nth.nhs.uk/content/uploads/2015/09/happy-mum-happy-baby.jpg
    Tetaplah berusaha memberikan makan dan upayakan untuk tidak membiarkan si kecil makan dalam jangka waktu yang lama. Berikan batas waktu misalnya 30 menit. Setelah itu sebaiknya tidak diberikan snack atau yang lainnya, biarkan ia merasakan sensasi lapar sehingga makananpun menjadi berharga baginya. Berlatihlah terus membentuk pola makan pada anak. Kebiasaan memberikan susu/snack sebelum makan hanya akan membuatnya kenyang walaupun tanpa diberikan makanan utama.

Gula dan Garam dalam MP-ASI

Ada hal menarik yang juga sebaiknya  diperhatikan yaitu pemberian tambahan gula dan garam pada MP ASI. Pada saat ini kasus penyakit yang tidak menular (non-communicable disease) seperti hipertensi, diabetes, jantung menunjukkan trend yang meningkat. Sebaiknya pemberian tambahan gula dan garam pada MP ASI ditunda.  Penundaan ini bertujuan agar si kecil mudah mengenali rasa asli dari bahan-bahan makanan yang telah  diperkenalkan.

Tundalah memberikan tambahan gula dan garam hingga anak berusia 1 tahun jika mampu. Pemberian gula yang dianjurkan oleh WHO kurang dari 10% dari total kebutuhan energi harian. Karena gula di beberapa bahan termasuk hidden sugar (gula tersembunyi) yang kadang jarang teridentifikasi oleh konsumen  maka bijaklah membaca label informasi nilai gizi di setiap kemasan makanan/minuman. Dalam hal penambahan gula pada makanan terutama untuk MP ASI dan makanan anak usia sekolah, beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia sudah sangat ketat untuk mencegah peningkatan kasus diabetes mellitus sejak dini.



Yuni Dwi Setiyawati, S.Gz. Dietitian



Referensi :
Mahan, L. Kattleen, Sylvia Escott-Stump, Janice L. Raymond. Food and Nutrition Care Process Ed. 13. 2012. Elsevier Inc.
Modul Pemberian Makan pada Bayi dan Anak. WHO.Infant and Young Child Feeding.February 2014 diakses dari www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en











Sabtu, 26 Desember 2015

Sudah Minum Susu, Yakin Kebutuhan Vitamin D Anda Sudah Cukup?

22.59 0
Asupan vitamin D sangat penting bagi tubuh. Manfaat vitamin D diantaranya adalah untuk imunitas bahkan pencegah kanker. Bagaimana caranya untuk bisa memenuhi kebutuhan vitamin D dalam sehari?

Kandungan vitamin D di dalam makanan, serta makanan yang mendangung vitamin D ternyata tidak sebanyak makanan yang mengandung vitamin A maupun vitamin C. Kabar baiknya, manusia sudah diciptakan bisa memproduksi vitamin D secara alami dengna bantuan sinar UVB dari matahari.

Lalu, apakah hanya dengan mengandalkan vitamin D dari sinar matahari sudah mampu memenuhi kebutuhan harian vitamin D? Atau, cukupkah asupan vitamin D hanya dari makanan saja?

Kebutuhan Vitamin D Harian
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia tahun 2013, kebutuhan vitamin D pria dan wanita di usia 1-64 tahun adalah sektiar 15 mcg (mikro gram) dalam satu hari. Sedangkan kebutuhan vitamin D bayi dari lahir sampai usia 11 bulan adalah skeitar 5 mcg saja.

Untuk wanita hamil dan menyusui tidak ada tambahan kebutuhan akan vitamin D. Selain dalam ukuran mikro gram, kebutuhan akan vitamin D seringkali juga diukur dengan satuan IU atau International Unit. Untuk kebutuhan 15 mcg setara dengan 600 IU, sedangkan untuk 5 mcg setara dengan 200 IU.

Makanan Sumber Vitamin D
Beberapa makanan yang mengandung vitamin D tertinggi diantaranya adalah susu, telur dan ikan terutama ikan salmon, sarden dan tuna.

Vitamin D yang ada di dalam telur hanya sekitar 43 IU. Jika melihat kebutuhan harian antara 200 - 600 IU, bisa dipastikan harus mengkonsumsi minimal 10 butir telur dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan Vitamin D ini.

Kandungan viatmin D pada ikan salmon adalah yang tertinggi, sekitar 500 IU untuk setiap porsinya. Permasalahannya, tidak semua diantara kita mampu mengkonsumsi ikan salmon setiap hari, Baik karena alasan harga maupun ketersediaan ikan tersebut.

Vitamin D di dalam susu menurut beberapa sumber bervasiari antara 103-105 IU untuk satu porsi atau sekitar 250 ml. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin D hanya dari susu saja, minimal mengkonsumsi 6 gelas susu dalam sehari atau 1200 ml lebih. 

Masalahnya bagaimana dengan sebagian dari kita yang tidak bisa mengkonsumsi susu karena alergi atau intoleransi laktosa?

Untuk mengatasi kondisi ini, vitamin D banyak ditambahkan ke dalam makanan atau sering disebut dengan fortifikasi. Penambahan ini diharapkan mampu meningkatkan kecukupan vitamin D yang didapatkan dari makanan.

Namun kenyataannya, penambahan vitamin D dalam makanan pun dirasa belum cukup dan belum efektif. Lalu, adakah solusi lainnya?

Surga Vitamin D ada Di Kulit Kita

Jika asupan vitamin D dari makanan tidak atau belum cukup memenuhi kebutuhan dalam sehari, lalu bagaimana dengan vitamin D yang diproduksi tubuh dengan bantuan sinar matahari?

Kulit manusia mampu memproduksi vitamin D. Menurut penelitian, paparan sekitar 100% sinar matahari ke kulit tubuh manusia (dalam kondisi seperti berjemur dengan pakaian minimal), setara dengan ketika kita mengkonsumsi vitamin D dalam jumlah 10.000 - 25.000 vitamin D oral.

Bahkan, paparan sekitar 6% kulit tubuh saja terhadap sinar matahari, mampu menghasilkan vitamin D setara dengan 600 - 1000 IU vitamin D oral.

Penelitian lain, yang sering dikenal dengan 'Holick's rule' menyatakan bahwa hanya dengan paparan kulit di area wajah dan kedua tangan selama 5-30 menit di antara jam 10 pagi sampai jam 3 sore dua kali dalam seminggu pun sudah cukup memenuhi kebutuhan vitamin D secara adekuat. Perlu diingat bahwa vitamin D adalah vitamin yang larut lemak, sehingga mampu disimpan di dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama.

Dari paparan singkat di atas bisa sedikit disimpulkan jika hanya mengandalkan asupan vitamin D dari makanan saja, belum bisa memenuhi kebutuhan dalam sehari. Sebaliknya, jika dikombinasikan atau bahkan hanya dengan membiarkan sinar matahari menyentuh kulit kita dalam waktu yang singkat, sudah mampu memenuhi kebutuhan vitamin D.

Meskipun demikian, ada beberapa faktor juga yang mempengaruhi produksi vitamin D di kulit oleh sinar matahari. Silakan baca artikel selanjutnya untuk mengetahui faktor apa saja yang bisa mempengaruhi produksi vitamin D di kulit.

Jadi, sudah cukupkah kebutuhan vitamin D Anda hari ini?



Referensi
Nimitphong H, Holick MF. Vitamin D status and sun exposure in southeast Asia. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):34-37. doi:10.4161/derm.24054.
Food SOurces of Vitamin D.Diettians of Canada

Senin, 21 Desember 2015

Sinar Matahari dan Vitamin D

20.25 0

Vitamin D merupakan jenis vitamin yang larut lemak. Di dalam makanan, lebih sering kita dapatkan pada makanan yang juga mengandung lemak tinggi seperti telur, susu dan daging. Selain dari makanan, vitamin D bisa didapatkan dengan bantuan sinar matahari. Bukan didapatkan dari sinar matahari. Lalu bagaimana hubungan sinar matahari dengan vitamin D?

Sinar Matahari Tidak Mengandung Vitamin D
Pernah mendengar tentang pro-vitamin A? Nama lain dari pro-vitamin A adalah beta karoten. Substansi organik yang di dalam tubuh bisa diubah menjadi vitamin A. Pro-vitamin A kita dapatkan hanya dari produk nabati. Sama halnya dengan pro-vitamin D, merupakan bentuk vitamin D yang belum aktif. Aktivasinya bisa dilakukan oleh sinar matahari.

Sebagian besar kolesterol dalam tubuh manusia diproduksi sendiri, yaitu sekitar 80%. Turunan dari kolesterol ini membentuk zat 7-dehidrokolesterol atau dikenal dengan pro-vitamin D3 atau lebih sering dikenal dengan pro-vitamin D. Karena paparan sinar matahari, zat ini kemudian berubah menjadi Vitamin D3.  

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sintesis Vitamin D di Kulit

Jika matahari bisa membantu proses sistesis vitamin D di kulit, lalu bagaimana dengan belahan bumi lain yang tidak terpapar sinar matahari setiap harinya? Bagaimana juga dengan warna kulit seseorang? Jam berapakah kita bisa memanfaatkan sinar matahari ini lebih efektif?

  • Letak Geografis
    Sebagai orang yang hidup di negara tropis dan dilewati zona khatulistiwa, tentu kita patut bersyukur karena tak perlu susah-susah mencari sumber vitamin D. Hanya dengan beraktivitas di luar ruangan dan kemudian terpapar dengan sinar matahari pagi, tubuh sudah memulai proses metabolisme vitamin D di kulit ini.

    Setiap hariya, hanya sektiar 1% sinar Ulta Violet B (UVB) yang mencapai bumi. Sinar UV jenis lain pun tak banyak yang bisa kita rasakan. Tentu saja hal ini karena adanya lapisan ozone di atmosfer bumi. pancaran sinar matahari di belahan bumi tentu berbeda. Orang-orang yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa, pada musim dingin akan mendapat sedikit sekali sinar UV ini. Tentu saja karena selain derajad kemiringan bumi yang menghadap matahari, juga karena 99% sinar UV diserap oleh ozone. Maka selama musim dingin, penduduk di area ini tidak bisa memproduksi vitamin D hampir selama 6 bulan. Kebutuhan vitamin D pun harus dipenuhi murni dari makanan.

  • Warna Kulit
    Warna kulit orang yang tinggal di area dengan sinar matahari berlimpah umumnya lebih gelap atau lebih banyak pigment. Sebagian kita pasti menyangka bahwa tingginya pigmen kulit akan meningkatkan kemampuan menyerap sinar UV.

    Perbedaan warna kulit memang mempengaruhi kemampuan penyerapan jumlah sinar UV dan kemampuan sitesis vitamin D di kulit. Pada penelitian yang dilakukan antara orang kulit putih (kulit tipe 2) dan orang kulit hitam (kulit tipe 5) kemudian diberi paparan jumlah sinar UV yang sama, menunjukkan hasil yang berbeda.

    Meskipun jumlah paparan sinar UV yang diberikan dalam jumlah yang sama, orang kulit putih dengan kulit tipe 2 mampu memproduksi vitamin D lebih dari 30 kali. Sedangkan orang kulit hitam yang diteliti tidak memproduksi vitamin secara signifikan. Namun, jika paparan sinar matahari yang diberikan pada orang kulit hitam ini diberikan 5x lebih banyak, maka jumlah vitain D yang bisa diproduksi meningkat 15x. 


    Penelitian lain yang dilakukan di Boston pada musim panas menunjukkan hal yang mirip juga. Orang kulit putih yang diberikan paparan sinar matahari selama kurang lebih 30 menit, kadar zat provitamin D3 di dalam darah meningkat sejumlah 3%. Namun, orang kulit hitam hanya mampu memproduksi sekitar 0.3% saja. Di sinilah terlihat kekuasaan Allah, bahwa meskipun tinggal di lingkungan dengan sinar matahari tidak sebanyak di daerah tropis, tubuh bisa memanfaatkan sinar matahari dengan maksimal. Sedangkan orang-orang yang tinggal di daerah tropis tidak serta merta memiliki kandungan vitamin D yang jauh lebih tinggi karena sering terpapar sinar matahari, namun cukup untuk tubuh.

    Dalam penelitian lainnya orang dengan kadar pigment yang lebih tinggi kemudian tinggal di daerah 4 musim akan mengalami perubahan pigmentasi pada kulit. Tentu saja ini untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dengan kemampuan tubuh untuk memanfaatkan sinar matahari. Bisa jadi Anda akan melihat perubahan teman atau saudara yang tinggal di negara 4 musim selama bertahun-tahun menjadi lebih cerah.
  • Waktu Terbaik Memanfaatkan Sinar Matahari
    Berdasarkan kaidah Holick, paparan sinar matahari selama 25 menit di area wajah dan kedua tangan, 3x seminggu sekitar jam 9 pagi bisa mempertahankan status vitamin D yang cukup adekuat. Michael F. Holick yang menemukan teori ini adalah peneliti yang terkemuka dan telah mendapatkan banyak penghargaan atas berbagai penelitiannya tentang vitamin D.




    Hastrin Hositanisita, S.Gz


    referensi :
Nimitphong H, Holick MF. Vitamin D status and sun exposure in southeast Asia. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):34-37. doi:10.4161/derm.24054.

Wacker M, Holick MF. Sunlight and Vitamin D: A global perspective for health. Dermato-endocrinology. 2013;5(1):51-108. doi:10.4161/derm.24494.

Setiati SVitamin D status among Indonesian elderly women living in institutionalized care units
2008 Apr;40(2):78-83.

.


Selasa, 15 Desember 2015

5 Buah dengan Vitamin C Tertinggi

09.50 0


Apakah jeruk yang mengandung vitamin C paling tinggi? Selama ini kita mengasosiasikan makanan, terutama buah dengan kandungan vitamin C tertinggi adalah jeruk. Faktanya jeruk tidak menempati posisi pertama dalam kandungan vitamin C. Di bawah ini adalah daftar buah dengan kandungan vitamin C tertinggi, yang murah dan mudah kita temui.



  1. Jambu merah
    Setiap satu porsinya sekitar 10 gram,  mengandung sekitar 206 mg vitamin C. Sumber lain menyatakan satu porsi jambu bahkan mengandung 228 mg vitamin C. Selain kaya akan vitamin C, jambu merah juga mengandung kadar gula yang rendah. Indeks glikemiknya pun diperkirakan hanya sekitar 7. Jadi buah jambu sangat baik bagi penderita diabetes. Tentu saja dikonsumsi dalam bentuk mentah atau tanpa dimasak apalagi dijus dengan ditambah gula pasir.


  2. Pepaya
    Buah yang tidak mengenal musim berbuah ini bisa menjadi andalan kita dalam mencukupi kebutuhan vitamin C dalam satu hari. Setiap 100 gram pepaya emengandung skeitar 60 mg vitamin C. Agak jauh memang jika dibandingkan jambu, namun mengkonsumsi pepaya tentu jauh lebih mudah karena bijinya lebih mudah dibersihkan.

  3. Jeruk
    Jeruk, sebenarnya 'hanya' mengandung 53.2 mg vtamin C untuk setiap 100 gram nya. Meskipun tidak sebanyak jambu, jeruk selalu menjadi buah favorit karena memang mudah dikonsumsi. Selain itu, salah satu jenis flavonoid dalam jeruk yaiut herperidin pada penelitian pre-klinis diketahui mampu membantu menurunkan kadar tekanan darahdan juga kolesterol.
  4. Nanas
    Buah khas daerah tropis ini mengandung sektiar 48 mg vitmain C tiap 100 gram nya. Zat yang paling khas dari nanas adalah enzym bromealin. Enzym ini, menurut American Cancer Society, bisa membantu menetralkan rasa tidak nyaman pasca terapi radiasi untuk terapi kanker.
  5. Mangga
    Dalam setiap 100 gam buah mangga, tanpa kulit tentunya bisa mengandung vitamin C sampai  36.4 mg. Jika mengkonsumsi satu buah mangga dengan berat sektiar 330 gram, maka vitamin C sejumlah 122.3 mg sudah cukup memenuhi kebutuhan vitamin C dalam sehari. Meskipun baik sebagai sumber vitamin C, mangga juga mengandung gula sederhana cukup tinggi. Karenanya, untuk penderita diabetes, perlu membatasi asupan buah mangga.

     Referensi


    Megan Ware RDN LD.Pineapple: Health Benefits, Recipes, Health Risks
    Oranges.World's Healthiest Foods
    http://ndb.nal.usda.gov